1.000 Hari Pertama Kehidupan Tentukan Masa Depan, Dokter Ingatkan Ortu untuk Pantau Tumbuh Kembang Anak
thedesignweb.co.id, Jakarta – Sebaiknya orang tua memantau 1000 hari pertama anaknya dengan baik dan akurat. Hari Wahyu Nugroha, petugas kesejahteraan anak, mengatakan hal itu dilakukan untuk memastikan tumbuh kembang anak yang optimal.
Dalam webinar dengan topik “Penjelasan kebijakan pembangunan (pembiayaan) pelayanan kesehatan inklusif”, beliau menyampaikan bahwa “pemantauan yang benar dan akurat terhadap tumbuh kembang anak pada 1000 hari pertama kehidupan, tumbuh kembangnya adalah optimal sampai usia 18 tahun dijamin,” ujarnya. untuk anak-anak cacat”, Jakarta, Jumat.
Menurutnya, seribu hari pertama kehidupan merupakan salah satu masa terpenting dalam kehidupan manusia. Peristiwa yang terjadi selama ini mempengaruhi kehidupan seseorang hingga dewasa.
Sebab, peristiwa yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupannya akan berdampak pada anak hingga ia besar nanti, jelas Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, dilansir ANTARA.
Hari juga mencontohkan anak yang lahir prematur atau berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit tersebut di usia dewasa. Penyakit tersebut antara lain diabetes, hipertensi, dan stroke.
“Jika anak lahir prematur, dengan berat badan rendah, maka risiko terkena hipertensi, diabetes, dan stroke pada usia dewasa, pada dekade ke-4 dan ke-5, lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir normal,” kata Hari.
Dalam kasus pertumbuhan tinggi badan, jika kondisi ini tidak diperbaiki pada 1000 hari pertama kehidupan seorang anak, maka akan sulit untuk memperbaikinya setelah periode tersebut.
“Setelah dua tahun, sangat sulit, bahkan hampir mustahil, untuk memperbaiki keterlambatan pertumbuhan. Kita hanya bisa mencegah komplikasi akibat penyakit penyerta dan keterlambatan pertumbuhan,” jelas Wakil Ketua IDAI Jateng itu.
Sebelumnya, dalam kesempatan lain, Damayanti Rusli Sharif, Konsultan Nutrisi Anak dan Gangguan Metabolik, menjelaskan tiga langkah dalam mengidentifikasi stunting pada bayi.
Menurutnya, anak harus diukur terlebih dahulu dengan alat ukur dan benar.
“Pertama, anak harus diukur dengan alat ukur dan dengan cara yang benar, jangan hanya dilihat saja, jangan bandingkan dengan anak tetangga, ini tidak bisa diterima,” kata Damayanti menyapa para kader posyandu di Jakarta. beberapa waktu lalu.
Pada kelas “Orang Tua Hebat” (Kerabat) yang diselenggarakan Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) awal tahun 2024, Damayanti mencatat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membagikan alat ukur kepada bayi di setiap pertemuan. Alat ini merupakan infantometer untuk anak usia 0-2 tahun. Pada usia 2 tahun, anak sebaiknya mengukur tinggi badannya dalam posisi berdiri.
Cara mengenali bayi yang kedua adalah dengan mencatat atau menggambar berat badan dan tinggi badan sebagai pengukuran grafis pada buku Grafik Ibu dan Anak (KIA).
Ketiga, jika anak bertubuh pendek atau sangat pendek, segera informasikan ke dokter atau klinik. Bila memang anak mengalami stunting, maka dapat segera dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) agar dokter spesialis anak dapat memastikan apakah anak tersebut mengalami stunting atau tidak.
Damayanti mengatakan anak berisiko stunting berada di bawah standar deviasi 2,1 yang digunakan slot KIA.