12.733 Orang Ngadu ke OJK soal Entitas Ilegal
thedesignweb.co.id, Friderica Widyasari Dewi, Direktur Jenderal Pengawasan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Pelaku Industri Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jakarta, mengatakan, Kelompok Kerja Pemberantasan Kegiatan Keuangan Ilegal (Pokja PASTI) ) Entitas ilegal hingga September 2024 menerima 12.733 pengaduan terkait
“Bisa juga kami sampaikan sebanyak 12.733 pengaduan mengenai badan ilegal telah diterima melalui Satgas Pasti pemberantasan kegiatan keuangan ilegal,” kata Friederika dalam konferensi pers RDKB September 2024, Selasa (20/01/2024).
Terkait perlindungan konsumen, sejak 1 Januari hingga September 2024, OJK menerima 288.000 permohonan layanan melalui aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK), termasuk 22.907 pengaduan dengan penyelesaian 87,29%.
Selain itu, untuk menegakkan ketentuan perlindungan konsumen, OJK menerbitkan sanksi berupa 211 surat peringatan kepada 155 PUJK dan 4 surat perintah kepada 4 PUJK antara bulan Januari hingga September.
Selanjutnya, sebanyak 47 denda dijatuhkan kepada 47 PUJK, dan 168 PUJK memberikan kompensasi kepada konsumen atas 971 pengaduan dengan total kompensasi Rp112,73 miliar.
Dalam peninjauan Pasar Kondak pada 23 September tahun ini, OJK juga mengenakan sanksi administratif kepada 71 PUJK atas keterlambatan pelaporan, serta denda kepada 55 PUJK dan sanksi teguran tertulis kepada 16 PUJK.
Sehubungan dengan hal tersebut, hingga September 2024, OJK telah melaksanakan lebih dari 3.100 program edukasi keuangan, melalui OJK pusat dan 35 kantor OJK wilayah, yang menjangkau lebih dari 4.300 peserta secara nasional.
Hal ini didukung dengan meluasnya publikasi edukasi keuangan pada minisite dan aplikasi Ilmu Wangmu, serta peningkatan akses terhadap modul sistem manajemen pembelajaran edukasi keuangan OJK, tutupnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dan pasar keuangan menguat pada periode siklus tapering bank sentral atau sentimen positif akibat penurunan suku bunga bank sentral di berbagai negara.
Meski demikian, Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan timnya mewaspadai kemungkinan melemahnya aktivitas perekonomian global di masa depan.
“Pertumbuhan ekonomi akan diikuti oleh peningkatan tingkat pengangguran dan penurunan inflasi, dengan The Fed, yaitu bank sentral AS, menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2024.” dia menambahkan. kata Mahendra dalam jumpa pers RDKB September 2024, secara virtual, Selasa (1/10/2024).
Selain itu, terjadi perlambatan di Tiongkok. Di dalam negeri, terjadi perlambatan aktivitas manufaktur yang menyebabkan tingkat pengangguran naik ke level tertinggi dalam 6 bulan terakhir, begitu pula dengan tingkat pengangguran kaum muda.
Pada saat yang sama, tekanan terhadap perekonomian Eropa juga semakin meningkat, tercermin dari menurunnya prospek pertumbuhan dan meningkatnya proyeksi inflasi. Perkembangan ini mendorong bank sentral dunia untuk memulai siklus penurunan suku bunga yang cukup agresif, di mana Federal Reserve (Fed) memangkas suku bunga dana federal sebesar 50 basis poin.
Kemudian, di Tiongkok, Bank Rakyat Tiongkok (PBOC), yaitu Bank Sentral Tiongkok, telah mendukung perekonomian secara cukup agresif dengan menurunkan suku bunga utama dan berjanji untuk mengadopsi kebijakan yang lebih akomodatif.
Hal ini termasuk penurunan GWM sebesar 50 basis poin untuk meningkatkan likuiditas perbankan, pengurangan uang muka pembelian rumah, dan perluasan dukungan kepada sektor real estate selama 2 tahun.
Apalagi kebijakan fiskal Tiongkok juga akomodatif. Untuk Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England juga telah memulai siklus penurunan suku bunga.
Ia mengatakan konsistensi kebijakan moneter global telah mendorong peningkatan likuiditas di pasar keuangan, terbukti dengan menguatnya pasar keuangan global di sebagian besar negara. Dari dalam negeri, kinerja perekonomian tetap stabil dengan tingkat inflasi yang terjaga dan neraca perdagangan tercatat surplus.
Namun kebijakan penurunan suku bunga telah mendorong sentimen positif di pasar keuangan. Namun demikian, tanda-tanda melemahnya kinerja perekonomian global, masih tingginya ketegangan geopolitik dan koreksi harga komoditas membuat risiko ketidakpastian di masa depan tetap tinggi dan sektor jasa keuangan harus tetap waspada dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan.