3 Faktor Kunci yang Punya Dampak Besar Cegah Stunting
thedesignweb.co.id, Jakarta Kajian ilmiah Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mencegah stunting di Indonesia. Berdasarkan hasil tinjauan sistematis, terdapat tiga faktor kunci yang berdampak besar terhadap pencegahan ketertinggalan dalam jangka panjang.
Ada tiga faktor yang terlibat: mengurangi anemia (melalui skrining, meningkatkan penyerapan tablet pengisi darah dan nutrisi lainnya); Sanitasi dan peningkatan akses dan kualitas air minum atau air bersih; dan meningkatkan kualitas pelayanan antenatal/ANC.
Hal tersebut disampaikan oleh tim peneliti kedokteran komunitas FKUI yang dipimpin oleh Dr. Ray Wagyu Bisroi bersama Dr. Levina Chandra Khoi dan Ar Wagyu Handyani.
Penelitian tim FKI menemukan hasil yang konsisten dari beberapa penelitian besar mengenai anemia ibu, yaitu meningkatkan risiko stunting sebesar 2,3 kali lipat.
Oleh karena itu, tindakan pencegahan untuk mencegah stunting melalui skrining anemia berbasis masyarakat, perawatan pasca melahirkan dan perawatan primer, peningkatan asupan zat besi, pil penambah darah, serta asupan protein dan zat besi dari makanan harus menjadi intervensi prioritas bagi ibu hamil. Ray menjelaskan. .
Mengenai kualitas air bersih dan sanitasi pada poin no. 2, merupakan studi literatur dan analisis data keluarga yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Dari kajian literatur, FKI mengungkapkan bahwa kualitas air minum yang buruk dan kebersihan lingkungan keluarga yang buruk meningkatkan risiko terjadinya stunting sekitar 1,5 kali lipat.
“Kebersihan yang buruk membuat anak lebih rentan terhadap infeksi seperti diare, sehingga mengganggu penyerapan nutrisi dan memperburuk gizi. “Itulah sebabnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak sangat penting untuk memastikan anak tumbuh sehat dan bebas obesitas,” kata Direktur Eksekutif FKI Profesor Neela F. Molok.
Dari temuan di atas, FKI menekankan bahwa penghapusan stunting di Indonesia tidak bisa hanya soal nutrisi.
“Studi FKI ini menunjukkan bahwa pencegahan stunting tidak bisa hanya fokus pada intervensi gizi,” kata Neela.
Stunting adalah suatu kondisi dimana anak tumbuh di bawah usianya akibat kekurangan gizi kronis. Permasalahan ini tidak hanya disebabkan oleh kekurangan pangan, namun juga lingkungan yang tidak sehat. Di Indonesia, stunting telah menjadi masalah kesehatan yang serius.
Statistik Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 21,6% anak di bawah usia lima tahun masih menderita stunting. Kondisi ini tidak hanya menghambat pertumbuhan fisik anak, tetapi juga berdampak jangka panjang pada perkembangan kognitif, prestasi akademik, dan produktivitas ekonomi di masa depan.
Nila Moeloek mengajak kita semua untuk memperkuat kerja sama lintas sektoral, khususnya di daerah terpencil, untuk memastikan setiap anak mempunyai akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai.
Nila berharap hasil tersebut dapat mendorong pemerintah, organisasi masyarakat, dan pihak swasta untuk mempercepat implementasi kebijakan dan program yang bertujuan memperbaiki kondisi sanitasi di seluruh Indonesia.
Studi ini menyoroti betapa pentingnya akses terhadap air bersih dan air minum sebagai bagian dari solusi komprehensif untuk mengurangi stunting di negara ini. Selain itu, peningkatan skrining dan pencegahan anemia, seperti intervensi dengan tablet zat besi dan peningkatan nutrisi kaya protein dan zat besi, juga sangat penting.
“Dengan upaya bersama ini, kami berharap dapat melihat hasil yang signifikan dalam menurunkan prevalensi stunting sehingga generasi mendatang dapat menjadi lebih sehat dan produktif,” tutup Nila.