DESIGN WEB 3 Kebijakan Nepal yang Efektif Menurunkan Angka Kematian Ibu
thedesignweb.co.id, Budi Iman Santoso, Guru Besar Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan ada tiga kebijakan yang efektif menurunkan angka kematian ibu di Nepal dan negara-negara Asia Selatan. MMR).
Kebijakan mereka sederhana, pertama semua kelahiran harus dilakukan di rumah sakit yang terakreditasi, kedua tenaga penolongnya harus berkompeten, dan ketiga gratis, kata Budi saat ditemui usai memberikan kuliah umum di FKUI, Selemba, Jakarta Pusat. . . minggu lalu.
Ketiga kebijakan ini secara signifikan dapat menurunkan angka kematian ibu di negeri ribuan kuil dalam waktu 10 tahun.
“Di Nepal, negara yang lebih miskin dari DKI Jakarta, 10 tahun bisa menurunkan angka kematian ibu sebesar 20% dan kita masih lebih baik dari itu,” kata Budi mengutip Antara.
Sementara di Indonesia, menurut data sensus, angka kematian ibu mencapai 189 per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia memiliki angka kematian ibu tertinggi kedua di ASEAN, jauh lebih tinggi dibandingkan Malaysia, Brunei, Thailand, dan Vietnam, yang memiliki angka kematian ibu lebih rendah yaitu 100 per 100.000 kelahiran hidup.
Mengingat angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi, Budi mengatakan diperlukan kebijakan dan regulasi yang lebih ketat untuk mengatur sistem rujukan bagi ibu hamil dan nifas.
“Sederhana sekali (kebijakan di Nepal), tapi kenapa tidak mau diterapkan, lalu kembali ke aturannya, siapa yang bisa mengaturnya,” ujarnya.
Ia mempertanyakan apakah Indonesia harus memiliki tingkat rujukan bagi ibu hamil yang ingin memiliki momongan.
“Saya tegaskan kepada ibu hamil, tidak ada tingkat rujukan. Kalau hamil, itu serangan jantung, darurat, bawa ke rumah sakit semampunya, ke puskesmas dulu,” kata Budi.
Kematian ibu merupakan indikator umum status kesehatan di suatu negara.
Berdasarkan Laporan Perinatal Ibu (MPDN), Sistem Pelaporan Kematian Ibu Kementerian Kesehatan, jumlah kematian ibu akan mencapai 4.500 pada tahun 2022 dan 4.129 pada tahun 2023.