5 Alasan Kamala Harris Bisa Memenangkan Pilpres AS 2024
thedesignweb.co.id, Jakarta – Pemilihan presiden Amerika Serikat 2024 digelar hari ini, 5 November 2024. Pilpres AS tahun ini sepertinya akan menghadirkan dua kandidat kuat, Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik. Mereka akan bersaing ketat
Kedua kandidat memiliki daerah pemilihan masing-masing yang vokal dan antusias dalam mendukung pilihan mereka. Namun untuk menang, Harris dan Trump harus menarik suara dari kategori yang berbeda.
Bisakah Wakil Presiden AS Kamala Harris memenangkan pemilu presiden 2024 dan menjadi presiden perempuan pertama dalam sejarah AS?
Dilansir BBC, Selasa (5/11/2024), Kamala Harris punya 5 alasan memenangkan Pilpres AS 2024: 1. Dia bukan Trump
Terlepas dari sikap Donald Trump, ia tetap menjadi sosok yang sangat memecah belah
Pada tahun 2020, ia memenangkan rekor jumlah suara untuk kandidat Partai Republik, tetapi dikalahkan karena tujuh juta orang Amerika mendukung Biden.
Kali ini, Harris menonjolkan faktor ketakutan akan kembalinya Trump. Dia menyebut Trump seorang “fasis” dan ancaman terhadap demokrasi, dan berjanji untuk meninggalkan “drama dan kontroversi.”
Jajak pendapat Reuters/Ipsos pada bulan Juli menemukan bahwa empat dari lima orang Amerika percaya bahwa negara ini semakin tidak terkendali. Harris berharap para pemilih, terutama dari Partai Republik moderat dan independen, melihatnya sebagai kandidat yang layak.
Dengan tersingkirnya Presiden Joe Biden, Partai Demokrat hampir pasti akan kalah. Bersatu dalam keinginan mereka untuk mengalahkan Trump, kelompok tersebut dengan cepat mendukung Harris
Dengan langkah impresif sejak awal, ia menyampaikan pesan yang lebih berwawasan ke depan sehingga membangkitkan semangat para pendukungnya
Meski Partai Republik menyebutnya sebagai salah satu kebijakan Biden yang lebih populis, Harris justru melancarkan serangkaian serangan yang ditujukan kepada Biden.
Yang paling jelas adalah usia. Jajak pendapat secara konsisten menunjukkan para pemilih mempunyai kekhawatiran nyata mengenai kelayakan Biden untuk menjabat.
Kini persaingan sudah dimulai, dan Trump berjanji menjadi orang tertua yang memenangkan Gedung Putih. 3. Dia memperjuangkan hak-hak perempuan
Pemilihan presiden ini adalah yang pertama sejak Mahkamah Agung AS membatalkan Roe v. Wade dan hak konstitusional atas aborsi.
Para pemilih yang tertarik untuk melindungi hak aborsi sangat mendukung Harris. Kita dapat melihat pada pemilu AS sebelumnya, khususnya pemilu paruh waktu tahun 2022, bahwa isu-isu ini dapat mendorong jumlah pemilih dan berdampak nyata pada hasil pemilu.
Sepuluh negara bagian akan melakukan pemungutan suara kali ini, termasuk Arizona, yang menanyakan kepada para pemilih bagaimana aborsi harus diatur. Hal ini bisa meningkatkan jumlah pemilih yang mendukung Harris
Nilai historis dari upayanya untuk menjadi presiden perempuan pertama juga dapat memperkuat kepemimpinannya di kalangan pemilih perempuan.
Kelompok-kelompok yang didukung Harris, seperti orang-orang yang berpendidikan perguruan tinggi dan orang-orang lanjut usia, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk memberikan suaranya dalam jajak pendapat tersebut.
Meskipun Partai Demokrat secara umum memiliki kinerja yang lebih baik dan jumlah pemilih yang lebih banyak, Trump diuntungkan oleh jumlah pemilih yang relatif sedikit, seperti pemilih muda dan mereka yang tidak memiliki gelar sarjana.
Trump memiliki keunggulan besar di antara mereka yang terdaftar tetapi belum memilih pada tahun 2020, menurut jajak pendapat New York Times/Sina.
Pertanyaan utamanya adalah, apakah mereka akan muncul kali ini? 5. Dia mengumpulkan dan membelanjakan lebih banyak uang
Bukan rahasia lagi bahwa pemilu di Amerika memerlukan biaya yang mahal, dan tahun 2024 akan menjadi tahun yang paling mahal.
Namun Harris berada di posisi teratas dalam hal daya beli.
Trump telah mengumpulkan lebih banyak dana sejak mencalonkan diri pada bulan Juli dibandingkan seluruh masa jabatannya hingga Januari 2023, menurut analisis terbaru oleh Financial Times. Analisis tersebut juga menunjukkan bahwa kampanye Harris menghabiskan dana iklan hampir dua kali lipat.
Hal ini dapat berperan dalam persaingan ketat yang pada akhirnya akan diputuskan oleh para pemilih di negara-negara bagian yang dibombardir dengan iklan politik.