5 Fakta Menarik Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi
LIPUTAN 6.com, Padang -sheikh Ahmed Khatib al -Minnankabi’s Grand Masjid, yang sebelumnya dikenal sebagai masjid besar Sumatra Barat, adalah salah satu bangunan mengesankan di Indonesia. Bangunan yang hebat ini memperkenalkan detail rumit dari identitas tihassical historis dan warisan Tihaya, tidak hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol mendalam dari sumber daya spiritual dan budaya komunitas Minankbaw.
Dalam adegan alam arsitektur agama Indonesia, desain masjid mencerminkan pertemuan yang harmonis antara tradisi Islam dan estetika budaya lokal. Desain masing -masing elemen arsitektur akurat, menunjukkan kedalaman filosofis dan keindahan arsitektur di luar pekerjaan aktualnya sebagai tempat ibadah.
Bangunan ini merupakan saksi diam -diam terhadap dinamika interaksi yang kompleks dari sejarah, kepercayaan, tradisi agama dan warisan budaya secara keseluruhan. Sheikh Ahmed Khatib al-Minankabi mengutip lima informasi tentang masjid besar dari berbagai sumber:
1 arsitektur Gangga yang hebat
Atap Ganbang -akat Masjid adalah demonstrasi paling ikonik dari warisan arsitektur Minankbau, yang menunjukkan fitur unik yang mirip dengan Buffalo Horn. Desain ini bukan hanya elemen estetika, tetapi juga simbol mendalam dari filosofi komunitas Minang dan identitas budaya, dengan signifikansi simbolik yang kaya.
Setiap detail Gonggong dilengkapi dengan ukiran meenang tradisional dan kaligrafi artistik, sehingga membentuk kombinasi yang harmonis dari budaya lokal dan spiritualitas Islam. Keterlibatan ini tidak hanya membuat struktur bangunan indah, tetapi juga membuat narasi, kepercayaan, dan warisan leluhur Tihasik yang historis diturunkan dari generasi ke generasi.
2 gempa bumi hingga 10 panjang
Masjid besar di Sheikh Ahmed Khatib al-Minankabi dibangun dengan teknik arsitektur khusus, memprioritaskan ketahanan struktural, terutama dalam menghadapi ancaman gempa bumi. Desain inovatif ini terbukti pada tanggal 21, ketika gempa bumi besar menghantam Sumatra Barat dan arsitektur masjid dalam kehancuran besar.
Bencana alam tidak hanya membuktikan keunggulan teknologi konstruksi, tetapi juga mengubah masjid menjadi pusat yang sangat penting untuk menghilangkan masjid. Dalam situasi krisis, bangunan ini memberikan perlindungan dan perlindungan kepada masyarakat.
3 20.000 Kekuatan Peziarah
Masjid besar Sheikh Ahmed Khatib al Minankabi menempati posisi penting sebagai masjid terbesar di Sumatra Barat dan dapat berkoordinasi dengan kekuatan besar yang luar biasa 20,7. Infrastruktur yang dirancang secara strategis memungkinkan para peziarah untuk mendistribusikan peziarah, termasuk 15.000 orang, sementara sisanya tersebar di tingkat kedua dan ketiga.
Kekuatan besar ini tidak hanya mencerminkan perlunya ibadah, tetapi juga menunjukkan bahwa masjid berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial di komunitas Minankbau. Desain regangan memungkinkan penggunaan ruang yang fleksibel dengan mendukung berbagai kegiatan keagamaan dan sosial.
4 Pengembangan dan Pengembangan Pengembangan
Masjid besar Sheikh Ahmed Khatib al-Minankaba telah membangun investasi besar-besaran sebesar Rs 3 miliar. Total biaya bangunan semacam itu memungkinkan pengembangan manfaat penuh, melebihi tugas -tugas tradisional dari situs ibadah.
Fasilitas yang diusulkan termasuk taman besar dengan area parkir dengan negara besar, pasar mini dan bencana khusus. Setiap elemen memiliki pertimbangan multifungsi, hanya mengubah masjid dari tempat ibadah menjadi pusat kegiatan komunitas yang strategis dan reaksioner untuk kebutuhan sosial.
5. Luxury dan Artistik Interior
Masjid Mihrab Roy Sheikh Ahmed Khatib al – Konsep artistik yang dirancang oleh Minankababi mirip dengan bentuk yang mirip dengan ribuan Aswad – ini adalah simbol spiritual penting dari tradisi Islam. Atap Mihrab dihiasi dengan nama Asmaul Husna dalam emas, dengan kemegahan yang menakjubkan dan kesan spiritual.
Kemewahan di dalam masjid, termasuk keberadaan karpet kemarahan bernilai tinggi, bahkan lebih lengkap, hadiah dari pemerintah Turki. Karpet ini mewakili diplomasi budaya dan solidaritas agama antara Indonesia dan Türkiye.
Penulis: Eddie Euphi Fadezun