Lifestyle

5 Tren Wisata 2025, Solo Traveler Male Meningkat dan Destinasi Alam Fenomenal Paling Diincar Turis

Liputan6.com, Jakarta – Pada tahun 2025, tren pariwisata akan mengalami perubahan signifikan, dengan fokus pada pengalaman yang mengurangi stres dan mendekatkan diri dengan alam. Situs pemesanan penerbangan dan transportasi seperti Omio, Expedia, dan HomeAway telah melihat perubahan perilaku penumpang yang mencerminkan tren baru ini.

Penasaran dengan tren tersebut? Simak prediksi tren travel tahun 2025 berikut ini seperti dilansir laman Euro News, Rabu (30/10/2024) 1. Solo travel pria 

Berdasarkan data situs pemesanan transportasi Omio, jumlah penumpang pria solo diperkirakan akan meningkat secara signifikan. Dengan 30 persen laki-laki berencana bepergian sendirian, dibandingkan dengan 23 persen perempuan, tren ini mewakili perubahan demografis yang menarik dalam kebiasaan bepergian.

Perjalanan solo menawarkan banyak manfaat, mulai dari penemuan jati diri hingga pemberdayaan mental dan kemandirian. Dengan meningkatnya rasa percaya diri, pria kini berani menjelajahi dunia sendiri.

Apalagi, traveler pria kerap merencanakan perjalanan dengan budget besar. Tidak kurang dari 28% dari mereka berencana mengeluarkan lebih dari €2,400 atau setara €40,8 juta untuk petualangannya. 2. Alternatif destinasi wisata yang menarik

Destinasi wisata alternatif menjadi semakin populer di kalangan wisatawan yang mencari pengalaman baru. Expedia mengalami peningkatan pencarian destinasi yang dekat dengan objek wisata populer, menjadikan destinasi ini ideal untuk perjalanan sehari. Contohnya adalah Reims sebagai alternatif Paris, Brescia ke Milan, dan Girona ke Barcelona.

Selain itu, terdapat kebangkitan restoran hotel. Hotels.com melaporkan bahwa wisatawan tidak hanya mencari kamar, namun juga pengalaman bersantap yang luar biasa. Koki berbintang Michelin dan menu musiman di restoran ini menarik perhatian wisatawan, dengan ulasan positif meningkat 40 persen dari tahun ke tahun. 4. Fenomena alam

Wisatawan juga menunjukkan minat yang besar terhadap fenomena alam. Data dari penelitian Vrbo menunjukkan bahwa fenomena seperti cahaya utara, gunung berapi, dan geyser menjadi daya tarik utamanya. Dua pertiga wisatawan Inggris menekankan pentingnya tinggal di tempat dengan pemandangan menakjubkan keajaiban alam ini. 5. Perjalanan JOMO

Kebalikan dari FOMO (fear of missing out), perjalanan JOMO menawarkan cara terbaik untuk menikmati keindahan alam ini, dengan mengutamakan relaksasi dan melepaskan diri dari tanggung jawab sehari-hari. Layanan penyewaan tempat berlibur yang populer meliputi taman yang damai, kolam renang, dan teras dengan pemandangan.

Beberapa alternatif tur JOMO mencakup destinasi seperti Taman Nasional Laut Wadden di Denmark. Selain itu, kawasan Reykjavik di Islandia menjadi pilihan populer untuk menikmati fenomena alam yang menakjubkan.

Indonesia Tourism Outlook 2025 mengungkapkan tren pariwisata tahun 2025 menuju penyesuaian, personalisasi, lokalisasi, dan kelompok perjalanan yang lebih kecil. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Presiden Jokowi, Sandiaga Uno, mengatakan sebagian besar wisatawan kini juga akan memilih destinasi yang menerapkan aspek keberlanjutan dan ingin berkontribusi pada perekonomian lokal.

Namun pariwisata sendiri bertanggung jawab atas 8 persen emisi CO2 global, sehingga pemerintah berupaya memastikan bahwa kegiatan pariwisata kini dapat menerapkan lebih banyak elemen keberlanjutan. “Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Tracein untuk menghitung dan memantau jejak karbon kegiatan pariwisata di Indonesia menggunakan Carbon Footprint Kalkulator,” kata Sandy tentang langkah menjadikan pariwisata berperan dalam mewujudkan aspek keberlanjutan, ketika mereka hadir secara online. Pada seminar Indonesia Tourism Outlook 2025 pada Kamis (10/10/2024). 

Agustini Rahayu, Direktur Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), melanjutkan, minat terhadap destinasi berkelanjutan juga merambah ke pariwisata berkualitas. “Permintaan dalam Indonesia Tourist Outlook 2025 lebih banyak pada wisata alam dan interaksi dengan penduduk lokal. Jadi penting untuk mengubah pola pikir masyarakat dan menjaga lingkungan,” jelasnya.

Untuk itu, pemerintah memperkenalkan konsep Blue-Green-Circular (BGCE) yang mendorong penerapan prinsip kepedulian terhadap lingkungan. Melalui konsep ini, kegiatan usaha di bidang pariwisata dan pendukungnya tetap mengedepankan prinsip ekonomi dan nilai manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan, yang sebaiknya melebihi biaya yang dikeluarkan.  

Jika BGCE sendiri ditelaah lebih lanjut, konsep ekonomi biru akan fokus pada perekonomian dan pelestarian lingkungan dalam konteks wilayah laut dan pesisir. Jadi ekonomi hijau akan menekankan pada perekonomian, lingkungan hidup dan kesehatan. Jadi ekonomi sirkular akan mengutamakan aktivitas ekonomi dan kelestarian lingkungan melalui proses dan daur ulang material untuk memaksimalkan fungsi ekosistem dan kesejahteraan manusia. 

Meski sudah terpetakan dan minat wisatawan terhadap pariwisata berkelanjutan tinggi, lanjut Agostini, konsep keberlanjutan sendiri belum mengkristal dalam pemahamannya terhadap masyarakat khususnya industri. Ia menambahkan, pariwisata sebenarnya adalah bisnis yang memanfaatkan apa yang sudah ada, sehingga untuk melanjutkannya ke depan harus mempertahankan suatu destinasi.

“Tujuan itu sudah diberikan, jadi bagaimana mengelolanya, harus dimunculkan kesadarannya,” kata Agostini lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *