Lifestyle

6 Fakta Menarik Gunung Hawu, Destinasi Panjat Tebing di Bandung Barat

thedesignweb.co.id, Jakarta – Gunung Hawu merupakan salah satu tempat wisata di Bandung yang sering dijadikan tempat hiking dan pendakian. Gunung Hawu terletak di Desa Cidadap, desa tertua di Provinsi Cingambul, Bandung Barat yang kaya akan sejarah dan budaya. 

Gunung Hawu merupakan salah satu peninggalan gokart yang ada di kawasan Padalarang Bandung. Panjat tebing di gua vertikal yang kedalamannya sekitar sepuluh meter menjadi tujuan banyak orang yang datang ke gunung ini.

Tebing Gunung Hawu memang menjadi destinasi yang berbeda. Sesampainya di puncak, kamu akan disuguhi pemandangan hijaunya persawahan masyarakat yang tinggal di sana, apalagi di pagi hari yang berkabut dan hijaunya pegunungan.

Masih banyak hal lain tentang Gunung Hawu selain lokasi dan hal yang disukai pengunjung. Berikut enam fakta menarik Gunung Hawu yang dirangkum tim gaya hidup thedesignweb.co.id dari berbagai sumber pada Rabu 13 November 2024. 1. Asal Usul Nama Gunung Hawu

Diambil dari laman Superlive, dalam bahasa Sunda, Hawu berarti kompor atau tempat memasak yang terbuat dari tanah liat atau tembok. Nama ini diberikan karena gunung ini mempunyai bentuk yang sama dengan hawu sehingga dinamakan Gunung Hawu.

Di tengah gunung terdapat lubang besar dan lubang di puncaknya. Sesampainya di Gunung Hawu, Anda akan menyaksikan penampakan pegunungan dan bebatuan karst Bandung Barat yang unik dan menakjubkan.

Bagi Anda yang berdomisili di Jabodetabek, Bandung dan sekitarnya, tidak perlu lagi jauh-jauh pergi ke Gunung Bromo atau Dieng jika ingin melihat indahnya matahari terbit. Pemandangan indah ini bisa Anda saksikan saat matahari terbit di Gunung Hawu.

Dengan latar belakang perbukitan dan hamparan kabut tipis, Anda akan menjumpai lanskap matahari terbit. Yang lebih unik lagi adalah latar belakang kart batu Gunung Hawu. 3. Area pendakian

Selain menyaksikan pemandangan yang indah, ada juga tempat untuk berolahraga dan menguji adrenalin dengan memanjat bebatuan atau menjelajahi vertikal sedalam sepuluh meter. Tingkat kesulitan batu ini cukup menantang baik bagi pemula maupun ahli.

Namun jangan khawatir, karena Anda akan ditemani oleh anggota Skygers, perguruan tinggi pendakian pertama di Indonesia. Komunitas ini akan mengajarkan teknik pendakian yang benar dan aman. Selain itu, Skygers akan memberikan pengetahuan terkait masalah keselamatan dan keamanan dalam kegiatan pendakian.

Selain mendaki, pengunjung yang ingin berwisata dan menikmati udara pegunungan juga bisa berkemah di dekat puncak Gunung Hawu. Berkemah memang tidak pernah membosankan karena Anda bisa menikmati semilir angin sepoi-sepoi dan bintang-bintang di langit malam yang indah.

Sayangnya, semua keindahan itu akan hilang di siang hari karena banyaknya truk besar yang hilir mudik di Gunung Hawu. Belum lagi asap hitam dan debu yang menyebalkan. Oleh karena itu, sebaiknya hindari bepergian pada siang hari. 5. Terbentuk 27 juta tahun yang lalu

Jarak Kota Bandung ke kawasan pegunungan kapur Citatah sekitar 20-25 km. Sebagai bukit atau batu karang, Gunung Hawu mempunyai nilai yang besar sehingga harus ditetapkan sebagai cagar alam.

Selain itu, tercatat Gunung Hawu dulunya merupakan lautan dangkal dengan tebing terjal yang ditumbuhi berbagai karang yang terbentuk 27 juta tahun lalu.

 

Formasi batuan karst di Gunung Hawu mulai ditinggalkan karena masyarakat setempat merusak batuan tersebut. Namun para pecinta alam telah membentuk kelompok bernama suku Badot, mereka menjaga tempat wisata berbahaya tersebut agar tetap utuh.

Wisatawan Gunung Hawu diajak untuk memenuhi kapasitasnya dengan banyaknya spot yang wajib dicoba untuk memacu adrenalin. Panjat tebing atau panjat tebing yang lebih populer dikenakan biaya Rp 100k.

Namun disarankan bagi anda yang belum mempunyai riwayat ilmu pendakian, hehe jangan dicoba. Karena jalur ini diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai keahlian khusus memanjat, maka sudah pasti dilengkapi dengan peralatan khusus.

Ada ras lain yang membutuhkan keahlian khusus, disebut High Line. Aktivitas ekstrem ini memungkinkan wisatawan berjalan menggunakan tali yang menghubungkan ujung tebing satu ke ujung tebing lainnya. Kegiatan ini berlangsung di ketinggian 50 meter di atas permukaan tanah.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *