8 Kali Pemuncak Klasemen Liga Inggris di Natal Gagal Rebut Gelar Juara, Liverpool Paling Sering
thedesignweb.co.id, Jakarta – Memuncaki klasemen Liga Inggris di Hari Natal kerap dianggap sebagai pertanda kuat meraih trofi di penghujung musim. Namun sejarah membuktikan bahwa juara pertama di hari libur tidak selalu menjamin kesuksesan di bulan Mei.
Misalnya, Manchester City telah menunjukkan dominasinya di liga dalam beberapa musim terakhir. Namun, mereka jarang menduduki puncak klasemen saat Natal.
Manchester City hanya berada di puncak pada bulan Desember dua kali dari tujuh gelar yang mereka menangkan dalam beberapa tahun terakhir. Itu menunjukkan mereka punya kekuatan luar biasa di paruh kedua musim.
Musim ini, Liverpool kembali ke puncak klasemen di Hari Natal. Namun mengingat sejarahnya, kehati-hatian harus diberikan untuk menjaga konsistensi di sisa musim.
Dengan semangat tersebut, mari kita lihat delapan kali terakhir sang pemuncak klasemen menjelang Natal namun gagal mengangkat trofi di akhir musim Premier League. Siapa saja mereka dan mengapa mereka tersandung dalam pertarungan menjadi juara?
Musim 2023/2024 bagi Arsenal penuh harapan sekaligus kekecewaan. Pasukan Mikel Arteta berhasil finis di puncak turnamen Natal di depan Liverpool dan Manchester City setelah bermain imbang 1-1 di Anfield sebelum Natal. Namun performa mereka segera menurun dengan serangkaian kekalahan melawan West Ham dan Fulham. Meski berhasil bangkit dengan 16 kemenangan dalam 18 laga terakhirnya, kekalahan saat menjamu Aston Villa pada April lalu menjadi titik balik yang memupus harapan mereka.
Pada akhirnya, Arsenal hanya mampu mengumpulkan 89 poin, hanya tertinggal dua poin dari Manchester City yang kembali tampil konsisten impresif. Akhir musim ini menjadi akhir yang pahit bagi mereka, mengingat mereka sudah hampir meraih kejayaan yang diidam-idamkan. Dengan segala usaha dan dedikasinya, hasil akhir ini tentunya akan menjadi pembelajaran berharga bagi tim di musim-musim mendatang. “Akhir yang pahit dan manis untuk musim yang berada di ambang kejayaan,” demikian kata mereka.
Musim 2022/2023 sangat berarti bagi Arsenal yang memiliki grup paruh baya termuda kedua di Liga Inggris. Tim hanya kehilangan empat poin pada Malam Natal, termasuk kemenangan penting atas Tottenham, Liverpool dan Chelsea. Meski demikian, ancaman terbesar masih datang dari Manchester City. Februari adalah periode krusial bagi Arsenal, dengan dua kekalahan dan sekali imbang, termasuk kekalahan dari Man City, yang mengguncang posisi mereka di klasemen.
Arsenal telah berada di puncak klasemen selama tiga minggu terakhir, tetapi kekalahan lebih lanjut dari Man City pada akhir April membuat mereka kehilangan peluang untuk memenangkan gelar. Akhirnya, “Manchester City” berhasil meraih gelar juara dan meraih tiga trofi musim itu. Jadi meski Arsenal tampil menjanjikan, mereka harus menghadapi kenyataan pahit ketika rival utama mereka meraih lebih banyak kesuksesan.
Pada Hari Natal 2020, Liverpool berada di puncak klasemen setelah memainkan 14 pertandingan dalam satu musim yang dimulai terlambat karena pandemi COVID-19. Meski harus bermain di stadion tanpa penonton, tim ini berhasil menampilkan permainan impresif.
Namun, ada penurunan performa Liverpool pasca periode Natal. Mereka gagal memenangkan lima pertandingan berturut-turut, termasuk kekalahan mengejutkan dari Burnley di Anfield yang mengakhiri rekor tak terkalahkan mereka di kandang sendiri. Selain itu, cederanya beberapa pemain mengganggu lini pertahanan The Reds sehingga memperburuk situasi. Di saat Liverpool dan Manchester United sedang terpuruk, Manchester City memanfaatkan situasi ini dan menjadi juara dengan selisih 12 poin atas United yang berada di posisi kedua. Kebangkitan di akhir musim dan gol dramatis Alisson Becker membuat Liverpool akhirnya finis ketiga.
Liverpool memuncaki klasemen saat perayaan Natal berkat penampilan nyaris tanpa cela. Sementara itu, Manchester City menunjukkan ketangguhan yang luar biasa dengan mengakhiri musim dengan 14 kemenangan beruntun. Namun, “Manchester City” unggul satu poin dari “Liverpool” yang mencetak 97 poin dengan 98 poin. Saat itu, tingkat persaingan di liga sangat tinggi dan sulit.
Meski bukan juara Liga Inggris, Liverpool berhasil mengangkat trofi Liga Champions. 97 poin mereka juga mencetak rekor sebagai poin terbanyak yang dicetak oleh tim peringkat kedua dalam sejarah Liga Premier. Hal itu menunjukkan meski Liverpool tak menjuarai liga domestik, namun mereka menunjukkan kualitas dan skill luar biasa di pentas Eropa.
Liverpool kembali menderita kekalahan di salah satu momen paling bersejarah dalam sejarah Liga Inggris. Beberapa minggu sebelum mereka memenangkan gelar Liga Premier pertama mereka, kapten tim Steven Gerrard mengalami kemunduran yang memungkinkan Demba Bay mencetak gol.
Chelsea berhasil menghancurkan harapan piala Brendan Rodgers dan timnya dengan kemenangan 2-0 di Anfield. Kekalahan ini membuka jalan bagi Manchester City untuk meraih gelar kedua. Momen ini menjadi titik balik menyakitkan bagi Liverpool yang tampil impresif sepanjang musim. Penurunan ini bisa mengancam ambisi mereka meraih gelar juara Liga Inggris.
Pada musim 2008/2009, Liverpool menduduki puncak klasemen Liga Inggris setelah Natal. Sayangnya, mereka kehilangan momentum dan beberapa hasil imbang semakin mendekatkan Manchester United. Meski menang 4:1 di “Old Trafford”, “Liverpool” pada akhirnya tidak meraih gelar.
Kemenangan Federico Macheda melawan Aston Villa sangat menentukan saat United memenangkan gelar ke-18 mereka. Pada akhirnya, Manchester United berhasil mempertahankan gelar juara untuk ketiga kalinya berturut-turut. Hal itu memaksa Liverpool menerima kenyataan bahwa sang rival berhasil meraih trofi, meski sebelumnya tampil sangat menjanjikan.
Pada musim 2007/2008, Arsenal berhasil menempati posisi pertama klasemen Liga Inggris di akhir tahun. Sayangnya, mereka tak mampu mempertahankan posisi tersebut dan harus puas di peringkat ketiga dengan total 83 poin. Meski tampil luar biasa, tim asuhan Arsene Wenger hanya gagal finis di dua besar. Di sisi lain, “Chelsea” terus memberikan tekanan kepada “Manchester United” hingga akhir musim, namun gagal meraih gelar juara.
Pada akhirnya, “Manchester United” keluar sebagai juara liga, “Chelsea” bahkan tidak memenangkan piala. Tak hanya itu, The Blues juga harus menelan pil pahit usai kekalahan di final Liga Champions yang digelar di Moskow. Peristiwa tersebut merupakan masa-masa sulit bagi Chelsea yang berharap bisa menambah koleksi trofinya. Dengan demikian, musim tersebut menjadi pengalaman berharga bagi seluruh tim peserta, meski tidak semuanya meraih kesuksesan yang diinginkan.
Pada musim Natal 2003/2004, Manchester United menduduki puncak klasemen Liga Inggris. Meski hanya menelan 3 kekalahan di paruh pertama musim, namun setelah memasuki tahun baru performa tim mulai menurun.
Setelah itu, mereka mencatatkan enam kekalahan dan empat hasil imbang. Chelsea berhasil finis di peringkat kedua, sedangkan Arsenal tampil luar biasa hingga tak terkalahkan dan akhirnya menjadi juara. Musim itu menjadi milik Arsenal, yang meraih rekor tak terkalahkan, sebuah prestasi yang belum terulang. Di penghujung musim, Manchester United harus puas menempati posisi ketiga. Sumber: Planet Sepak Bola