Pengamat Heran Masih Ada yang Kritik Prabowo Subianto soal Retreat Kabinet Merah Putih di Akmil Magelang
thedesignweb.co.id, Jakarta – Serang Efriza, pengamat politik dan dosen ilmu pemerintahan Institut Citra Universitas Pamulang (Unpam), menilai kritik pakar konstitusi Refly Harun tidak masuk akal.
Efriza mengatakan, sudah sepekan sejak Prabowo Subianto dilantik sebagai presiden kedelapan Indonesia. Ia menilai beberapa langkah awal dan terobosan tersebut sangat diapresiasi masyarakat.
“Pada hari beliau dilantik sebagai presiden, beliau mengumumkan pembentukan kabinetnya dan mengadakan pengarahan selama tiga hari bertajuk Mundur Magelang di Lembah Tidar, antara lain,” kata Efriza dalam keterangan tertulisnya, Kamis. katanya. Oktober 2024).
Ia kemudian meminta para menteri dan wakil menteri menggunakan kendaraan dinas Maung Garuda produksi dalam negeri yang dikemudikan Pindad, mengingatkan para menteri dari Partai Politik (Farpol) agar tidak mencuri uang APBN, dan berjanji segera berangkat ke SPBU dan berangkat kerja. setelah pengarahan. Hambarang dan Magelang sudah selesai.
“Tindakan Prabowo Subianto ini nampaknya sejalan dengan besarnya kepercayaan dan ekspektasi masyarakat terhadap pemerintahannya, tercermin dari survei indikator politik yang menemukan 85,3% masyarakat Indonesia yakin putra Soemitro Djojohadikoesoemo bisa memimpin nusantara dengan lebih baik dibandingkan Jepang. arah,” kata Efriza.
Namun ia tetap melihat, meski kepercayaan masyarakat terhadap Prabowo Subianto cukup tinggi dan langkah awal yang sangat baik dalam memulai roda pemerintahan, masih ada pihak yang bekerja keras dengan berbagai cara untuk menggoyahkan roda pemerintahan Subianto. pemerintahan Prabowo.
Efriza mengatakan kritik terus dilontarkan, meski terkadang diberi kompensasi.
Ia menjelaskan: “Sebut saja kritik bahwa kegiatan mundurnya Akademi Militer Magelang atau kegiatan mundurnya Akhmil terhadap Kabinet Merah Putih dianggap sebagai upaya kembali ke rezim militeristik seperti zaman Soeharto.”
Padahal, Efriza menilai, seperti yang disampaikan sendiri oleh Prabowo Subianto, mundurnya Kabinet Merah Putih dari Akmil Magelang bukanlah upaya militerisasi pemerintahan, melainkan upaya mengadopsi gaya militer dalam sistem organisasi pemerintahan.
Ia mengingatkan, cara ini sudah banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia dan terbukti sangat efektif. Efriza mengingatkan bahwa organisasi militer adalah model pengobatan terbaik dan modern yang diterima di dunia.
Katanya: “Sebenarnya kritik yang berusaha mencari-cari kesalahan Prabowo Subianto malah membahas hal-hal yang tidak ada substansinya. “Tolong berikan satu contoh saja seperti yang dilakukan Reply Aaron,” jelasnya.
Efriza melanjutkan, “Dalam salah satu monolognya di channel YouTube-nya, Refly mempertanyakan Ketua Satgas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Sufmi Dasco Ahmad, yang mendampingi Prabowo Subianto saat mengumumkan pembentukan kabinetnya.” BT.
Menurut Efriza, menurut Refly, Sufmi Dasco tidak seharusnya membuat pengumuman kabinet bersama Prabowo Subianto. Karena dia tidak dianggap sebagai anggota resmi pemerintah.
Efriza mengatakan, “Saya kira kritik Refly tidak terlalu penting. Argumentasinya juga tidak terlalu meyakinkan.”
Sebab, kata Efriza, semua orang tahu kalau Sufmi Dasco Ahmad merupakan ketua tim gugus tugas sinkronisasi Prabowo-Gibran. Salah satu tugas utamanya adalah membantu Prabowo Subianto membentuk kabinet.
Diakuinya, masa jabatan Satgas Sinkronisasi Prabowo-Gibran berakhir dengan diambilnya alih jabatan ketua umum oleh Prabowo Subianto.
“Tetapi salah satu fungsi utama tim ini adalah membantu pembentukan kabinet Prabowo-Gibran, sehingga wajar jika Prabowo Subianto meminta Sufmi Daskoh Ahmad untuk mendampinginya saat mengumumkan kabinet,” imbuhnya.
Sebab, ketika Prabowo membutuhkan informasi dengan cepat, Sufmi Dasco bisa langsung memberikannya.
“Kita tahu bersama, salah satu orang yang memihak Anies Baswedan pada pemilu presiden lalu adalah Balasan Harun. Kita juga tahu Anies kalah dalam pemilihan pendahuluan. Subianto,” kata Efriza.
Namun berkaca pada latar belakang intelektual Refly yang kuat, ia mengatakan akan sangat meresahkan jika kritik terhadap sesuatu yang penting hanya berupa kritik tanpa konten yang sesuai.
“Dalam konteks demokrasi, kritik seperti Reply Haroun bisa dibilang vitamin. Kalau kritiknya ditujukan pada persoalan nyata, harus hati-hati,” kata Efriza.
Namun yang perlu ditegaskan adalah apabila kritik tersebut dilontarkan atas dasar rasa jijik, bahkan kebencian, dan didasari oleh semangat orang lain, tentu akan berdampak pada lemahnya sifat kritik tersebut, ia menggunakan argumentasi sebagai berikut: Bukan keduanya. kuat dan tidak masuk akal.
“Bagaimanapun, kritik itu hanya sekedar hal sepele (nilai 0). Di luar itu, kritik tersebut tergolong julid sederhana,” pungkas Efriza.