Kesehatan

DESIGN WEB Ummu Ja’far dan 2 Pengemis Tunanetra: Kisah Pengharapan Rezeki dari Allah dan Manusia

thedesignweb.co.id, Jakarta – Ada kisah Islami tentang seorang tunanetra yang bisa dijadikan hikmah.

Kisah ini tentang seorang wanita kaya bernama Ummu Jafar, yang terkenal karena amalnya. Kedermawanan Ummu Jafar terkenal di kalangan masyarakat, bahkan dua orang pengemis buta pun mengetahuinya.

Setiap hari, dua orang pengemis buta menunggu Ummu Jafar di sepanjang jalan yang biasa ia lewati. Kedua pengemis buta ini mempunyai harapan, permintaan, dan doa yang berbeda dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan laman resmi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemnag RI), pengemis buta pertama itu berkata pada Selasa (13/8/2024): Ya Tuhan, berilah aku makanan atas karunia-Mu.

Pengemis buta kedua berkata: Ya Allah, berilah aku rezeki dengan rahmat Jafarku.

Begitu pula doa yang dipanjatkan keduanya, seperti diungkapkan Al-Smarqandi dalam buku Nael Hashits Fi Hakaitil Hadits (Beirut: Dar al-Ulamiya, 2001, halaman 62).

Mengetahui hal tersebut, Ummu Jafar segera memberikan sedekah kepada kedua pengemis yang berbeda nilai tersebut.

Ummu Jafar memberikan dua dinar kepada pengemis pertama yang mempunyai harapan hidup. Kemudian pengemis kedua yang berharap rezeki dari Ummu Jafar Omid mendapat 2 potong adonan roti dan seekor ayam panggang yang didalamnya terdapat 10 dinar.

Pengemis kedua karena merasa tidak punya uang, menawarkan kepada pengemis pertama untuk menukarkan roti dan ayam gorengnya atau membelinya dengan dua dinar yang baru diterimanya dari Ummu Jafar.

Pengemis kedua berkata: Berikan aku uangnya lalu ambilkan roti dan ayam goreng ini untuk anak-anakmu.

Kedua pengemis ini tidak mengetahui bahwa uang 10 dinar disembunyikan di dalam ayam panggang yang diberikan Ummu Jafar kepada mereka. Singkat cerita, pengemis pertama akhirnya bersedia berdagang. Kesepakatan pun terjadi antara keduanya, peristiwa serupa berlangsung selama 10 hari.

Setelah 10 hari, Ummu Jafar kembali menemui pengemis kedua, yang mempunyai harapan suatu hari nanti wanita kaya itu.

“Apakah kamu puas dengan hadiah kami?” Dia bertanya kepada Ummu Jafar tentang pengemis kedua.

“Apa yang kamu berikan padaku?” Pengemis itu menjawab dengan sebuah pertanyaan.

Ummu Jafar menjawab: 100 dinar.

“Mungkin,” jawabnya, “setiap hari kamu memberiku adonan roti dan ayam panggang, lalu aku menjualnya kepada temanku seharga dua dinar.”

Ummu Jafar terkejut dan menyadari rahmat Allah terhadap hamba-hamba yang mengharapkan rahmat-Nya.

Ummu Jafar berkata: “Demikianlah, dia (pengemis pertama) mengharapkan rahmat Allah, maka Allah segera memberinya kehidupan yang berkelimpahan, padahal dia tidak mempunyai niat atau rencana seperti itu.

Ummu Ja’far juga menegaskan, barangsiapa mengadu kepada Allah tentang kemiskinan, niscaya Allah akan memberinya rezeki dengan cara yang tidak disangka-sangka. Selain itu, ia juga meyakini takaran kekayaan setiap orang tidak akan tercampur. Kalau Tuhan menghendaki pasti terjadi, dan jika Tuhan tidak menghendaki pasti tidak akan terjadi.

Dapat ditarik kesimpulan dari cerita tersebut, mengeluhkan berbagai permasalahan atau mengharapkan kebahagiaan sesama manusia selalu gagal dan tidak sesuai harapan.

Mohammad Aiz Lotfi, guru di Pondok Pesantren Al-Mukhtariyah Al-Karimiyah, menulis pada tahun 2018: “Sebaliknya, dengan mengadu kepada Tuhan atas segala keluhan dalam hidup Anda, Anda pasti akan menemukan solusi yang belum pernah ada sebelumnya. terlihat sebelumnya. Subang, Jawa Barat, di NU Online.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *