THE NEWS Fakta 150 Mg Sperma di Tubuh Dokter Korban Pemerkosaan dan Pembunuhan, Polisi India Buka Suara
thedesignweb.co.id, Jakarta – Kolkata diguncang kasus tragis yang melibatkan seorang dokter muda yang diperkosa dan dibunuh di rumah sakit pemerintah. Insiden ini telah memicu kemarahan di seluruh negeri, memicu protes dan pemogokan di kalangan perempuan dan petugas kesehatan.
Namun seiring dengan meningkatnya perhatian terhadap kasus ini, klaim dan rumor palsu mulai beredar, yang sebagian besar telah dibantah oleh pihak berwenang.
Salah satu klaim yang paling mengejutkan adalah laporan bahwa 150mg sperma ditemukan di tubuh korban, yang mengarah pada dugaan bahwa korban telah diperkosa beramai-ramai.
Berdasarkan artikel yang dimuat di situs Business Today pada Sabtu, 17 Agustus 2024, informasi tersebut berasal dari permohonan yang diajukan keluarga korban ke Pengadilan Tinggi Kalkuta.
Inspektur Polisi Vineet Goyal dengan keras membantah klaim tersebut, dengan menyatakan bahwa tidak ada bukti yang mendukung laporan tersebut dan menekankan bahwa informasi tersebut hanya memperkeruh keadaan.
Namun, pada Rabu 14 Agustus 2024, situs berita India Today memuat artikel berisi laporan otopsi di balik kematian tragis dokter berusia 31 tahun tersebut.
Menurut dokter yang memeriksa hasil visum, dr Subarna Goswami, korban tidak hanya dibunuh tetapi juga diperkosa beramai-ramai sebelum meninggal.
Dalam wawancara dengan India Today, Goswami menjelaskan, jumlah cairan yang ditemukan di tubuh korban tidak mungkin berasal dari satu orang.
Dalam laporan otopsi, ditemukan 151 mg sperma pada usap vagina korban. Dia menjelaskan, jumlah tersebut terlalu banyak jika berasal dari satu orang, menandakan banyak pelaku yang terlibat dalam aksi keji tersebut.
Tes vagina sendiri dilakukan untuk menguji penetrasi dan mendeteksi komponen sperma atau cairan mani di tubuh korban pemerkosaan. Banyaknya cairan yang ditemukan semakin memperkuat dugaan korban diperkosa beramai-ramai.
Salah satu klaim yang tersebar di media sosial adalah korban mengalami luka serius, termasuk patah tulang panggul. Pernyataan ini menambah kengerian masyarakat terhadap kasus ini.
Namun Kapolsek Vineet Goyal kembali menegaskan, hasil visum yang dilakukan di hadapan hakim dan direkam dalam video, tidak ditemukan adanya patah tulang pada korban. Dengan kata lain, informasi yang beredar mengenai cedera serius tersebut tidak benar. Kasus “kematian tidak wajar” masih diperdebatkan
Klaim lain yang sempat menimbulkan kesimpangsiuran adalah terkait dengan pemaparan kasus “kematian tidak wajar” oleh pihak rumah sakit. Pengadilan Tinggi Kalkuta mengkritik rumah sakit tersebut karena lambat dalam mengajukan pengaduan, sehingga menimbulkan kecurigaan di kalangan masyarakat.
Namun Vineet Goyal menjelaskan, pendaftaran kasus “kematian tidak wajar” merupakan prosedur hukum biasa yang dilakukan tanpa adanya pengaduan langsung. Ini adalah langkah pertama yang diperlukan untuk memulai penyelidikan lebih lanjut.
Misinformasi lain yang beredar adalah dugaan beberapa rekan medis korban terlibat dalam kejahatan ini. Meski ada laporan bahwa orang tua korban telah menyerahkan daftar nama tersangka ke Biro Investigasi Pusat (CBI), namun pihak berwenang belum memastikan kebenaran nama tersebut. Satu-satunya tersangka yang ditangkap adalah relawan sipil, bukan rekan dokter korban. Mengancam integritas korban
Kasus ini juga menyoroti isu pelanggaran privasi, karena nama korban dan salinan resep yang ditulisnya bocor di media sosial. Hal ini melanggar pedoman Mahkamah Agung dalam melaporkan kasus kekerasan seksual dan hanya menambah kebingungan dan misinformasi di masyarakat.