Regional

Alasan Bonus Demografi Indonesia Harus Dibarengi Budaya Gemar Membaca

thedesignweb.co.id, Jakarta – Pernyataan menarik dilontarkan Direktur Perpustakaan Universitas Siliwangi, Budi Riswandi. Apakah bonus demografi Indonesia bersifat kuantitatif atau kualitatif? Secara kuantitas, hal ini akan menjadi bencana besar. Namun, jika ingin menilai kualitas, Anda harus melek huruf.

“Kami masih sibuk berpidato. Belum isi,” ujarnya pada Sosialisasi Penanaman Gemar Membaca di Tasikmalaya, Jumat (1/1/2024).

Budi mencontohkan korban perjudian online (judol) dan pinjaman online (pinjol). Mereka tidak mempunyai kemampuan membaca, tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan membaca keadaannya. Literasi saat ini mempunyai banyak motivasi, namun landasannya tetap pada budaya membaca.

Kalau bicara kemampuan membaca, Indonesia terbilang maju. Lain halnya jika masyarakat Indonesia tertinggal dalam hal literasi.

Aktivis literasi kulit hitam Taopik Abdillah menjelaskan salah satu penyebabnya adalah minimnya bahan bacaan. Belum banyak lembaga yang terlibat dalam budaya membaca dan literasi.

Opik, begitulah panggilan akrabnya.

Namun, Adin Bunda, Anggota Parlemen Perpusnas Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, mengatakan makna kesejahteraan itu beragam. Orang yang melek huruf harus mengandalkan pengetahuan. Kecakapan hidup yang baik harus didasari oleh literasi yang kuat agar bisa bersaing.

“Kualitas sumber daya manusia dapat didorong melalui sikap membaca dan peningkatan akses pengetahuan. Karena kemiskinan dan stunting tidak dinilai berdasarkan indikator ekonomi saja,” jelas Adin.

Tentunya yang menjadi prioritas adalah peran perpustakaan dan TBM dalam mensosialisasikan ilmu pengetahuan agar masyarakat dapat mengatasi permasalahan kemiskinan dan stunting. Literasi selalu dikaitkan dengan kemakmuran.

“Membangun ruang baca masyarakat dan memberikan pelatihan kepada fasilitator lokal seperti pustakawan dan toko buku adalah tugas pemerintah,” tambah Adin.

 

Anggota Komisi

Selain itu juga menjamin pemerataan layanan perpustakaan serta kekayaan koleksi perpustakaan melalui penerjemahan, transfer naskah, transfer audio ke teks, dan transfer media.

“Bagaimana kalau kita tidak punya perpustakaan? Kita tentu tidak punya masa lalu dan masa depan,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *