Deforestasi Jadi PR Besar Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni
thedesignweb.co.id, JAKARTA – Banyak PR besar yang menanti Raja Julie Antoni yang diangkat menjadi Menteri Kehutanan di pemerintahan Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran. Kebakaran hutan dan lahan, konflik pertanahan, penebangan hutan secara ilegal, perizinan pengelolaan hutan, perubahan iklim, berbagai permasalahan lingkungan hidup yang berkaitan dengan permasalahan kehutanan mulai dari permasalahan tanah adat, hingga permasalahan deforestasi yang belum terselesaikan pada pemerintahan sebelumnya. .
Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) wajib memantau implementasi berbagai kebijakan kehutanan untuk mencapai target penurunan emisi di sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (FOLU). Indonesia sendiri bertujuan untuk mencapai keadaan dimana tingkat serapan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) lebih tinggi dibandingkan serapan sektor kehutanan atau aliran bersih FOLU pada tahun 2030.
Beberapa langkah perlu dilakukan untuk mencapai berbagai indikator pembangunan sektor kehutanan yang baik, seperti penurunan emisi GRK di sektor kehutanan dengan mencapai tingkat deforestasi yang lebih rendah, penggunaan produk kayu hutan dalam proyek perdagangan multi-kehutanan dan memastikan bahwa izin pemanfaatan hutan tidak mendominasi. bukan milik korporasi melainkan milik masyarakat melalui perhutanan sosial. Dengan demikian, pengelolaan di sektor kehutanan akan menciptakan keseimbangan dan keadilan.
Terkait laju deforestasi di Indonesia, catatan kritis yang dikutip Forest Watch Indonesia (FWI) Nasib hutan Indonesia dalam buku Ujung Tanduk menyebutkan, deforestasi antara tahun 2017-2021 rata-rata mencapai 2,54 juta hektar. Setiap tahun atau 6 kali luas lapangan sepak bola setiap menitnya, Indonesia yang disebut-sebut sebagai paru-paru dunia, berada di ambang krisis iklim.
FWI menyebutkan, jumlah kerusakan sumber daya hutan tertinggi terjadi di setiap wilayah Indonesia. Di Kalimantan rata-rata nilai deforestasi sebesar 1,11 juta hektar per tahun, disusul Papua 556 ribu hektar per tahun, Sumatera 428 ribu hektar per tahun, Sulawesi 290 ribu hektar per tahun, Maluku 89 ribu hektar per tahun, Bali Nusa 38 ribu hektar. per tahun. per tahun, dan Jawa 22 ribu hektar per tahun.
Penelitian ini menunjukkan arti sebenarnya dari deforestasi, yaitu konversi hutan alam menjadi hutan tidak alami. FWI sendiri mengartikan hutan alam sebagai hutan buatan, berupa hutan tanaman atau perkebunan.
Hutan yang mengalami deforestasi merupakan sumber daya alam yang dapat berupa ekosistem mangrove, ekosistem gambut, ekosistem karst, hutan dataran rendah, wilayah pesisir, dan hutan dataran tinggi termasuk hutan di pulau-pulau kecil. Penjelasan mengenai pengertian hutan alam ini penting untuk diketahui, hilangnya tutupan hutan alam selalu berarti hilangnya fungsi hutan sebagai pengatur iklim mikro, sumber pangan bagi masyarakat lokal dan komunitas lokal, hilangnya konservasi air dan tanah, hilangnya sumber daya alam yang tinggi. kawasan konservasi. nilai, hilangnya keanekaragaman hayati, hilangnya potensi obat, sumber pangan dan nutrisi hutan, energi dan nilai sejarah budaya.
Banyak masyarakat di Indonesia yang mulai merasakan dampak penggundulan hutan, cuaca panas, cuaca tidak menentu, bencana susulan (banjir bandang dan tanah longsor), hilangnya pulau-pulau kecil, beberapa tanda perubahan iklim. Ubah apa yang terjadi saat ini. Sementara itu, komunitas kecil akan kembali menjadi korban.
Keterlibatan dan Tindakan Masyarakat Manajer Program Greenpeace Khaleesa Khalid pesimistis Menteri Kehutanan yang baru, Raja Juli, bisa menjawab tantangan dan permasalahan hutan di Indonesia.
Saat thedesignweb.co.id menghubungi tim regional, Khaleesa tanpa ragu mengatakan bahwa masa depan hutan Indonesia terlihat suram. Meski tantangan persoalan kehutanan ke depan akan semakin berat, namun perlu diingat bahwa menteri kehutanan diangkat dari partai politik, bukan dari kalangan akademisi.
“Sejauh mana beliau (Raja Juli) dapat memenuhi tugasnya di sektor kehutanan dan komitmen iklim, khususnya dari deforestasi dan konversi lahan. Terlebih lagi, tujuan swasembada pangan dan energi dari bioenergi akan meningkatkan deforestasi di masa mendatang, karena “Penerbitan izin hutan akan dipercepat untuk memenuhi ambisi tersebut,” ujarnya.
Khaleesa mengatakan, jika penerbitan izin hutan terus dipercepat maka hutan alam di Indonesia, khususnya hutan alam di Papua, akan menjadi benteng terakhir Indonesia dalam menghadapi ancaman krisis iklim. Greenpeace berharap masyarakat sipil dan elemen masyarakat terus bersuara, berani berdiri dan mengkritik kebijakan baru pemerintah, jika tidak mendukung pelestarian lingkungan dan masyarakat lokal.
“Kami berharap energi publik yang tegas ini dapat mengarahkan pemerintahan baru ini,” ujarnya.