Kesehatan

92 Sampel Urine Atlet Peparnas 2024 Dikirim ke Bangkok untuk Diperiksa

Ketua Organisasi Anti-Doping Indonesia (IADO) Surakarta Gatot S. Dewa Broto dari thedesignweb.co.id mengatakan, timnya mengumpulkan 92 sampel urin atlet Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2024. Bangkok, Thailand untuk dijelajahi.

Tes sampel dilakukan untuk memeriksa kemungkinan tingkat doping yang mungkin digunakan atlet. Doping adalah zat terlarang yang jika digunakan dapat meningkatkan performa seorang atlet secara signifikan.

“Sampai saat ini (10 November) sudah terkumpul 92 sampel. Kemarin, puluhan sampel dikirim ke Bangkok. Mengapa datang ke Bangkok? Karena laboratoriumnya paling dekat dan kita punya hubungan baik dengan Bangkok, kata Gatot dalam jumpa pers di Media Center Peparnas 2024, Solo, Jumat, 10 November 2024.

Jadi, di antara 92 sampel, apakah ada yang diberi spike?

“Kami belum tahu, semua barang sudah kami kirim ke Bangkok dan kalau internal tahu, baru Desember nanti. “Kemudian akan ada persidangan, seperti sidang gabungan, dengan jaksa, jaksa, majelis hakim, dan pembela.”

Hasil tes sampel ini diharapkan keluar pada Maret tahun depan, enam bulan setelah acara Peparnas 2024.

“Secara umum baru diketahui enam bulan setelah kejadian, sekitar bulan Maret,” jelas Gatot.

Gatot juga menjelaskan mengapa yang diambil hanya sampel urin dan bukan sampel darah.

“Memang idealnya tidak hanya menampung urine tapi juga darah, tapi regulasi tetap memperbolehkan turnamen nasional seperti ini diselenggarakan, urine saja cukup. “Dan secara finansial juga relatif lebih murah,” jelas Gatot menjawab pertanyaan Health thedesignweb.co.id.

Ia menambahkan, luas 92 hektar itu merupakan angka sementara per 10 Oktober 2024.

“Tujuan kami, jika tidak ada masalah, sekitar 130 orang akan dikirim ke Bangkok.”

Kasus doping kerap muncul saat ajang olahraga besar, seperti di Peparnas Papua.

“Di Peparnas Papua, perenang yang dimaksud adalah yang terkena dampak, padahal ia meraih medali emas di Paralimpiade Asia. Sayangnya, meski berprestasi, yang terlibat menggunakan obat penurun berat badan dan terdeteksi saat urin dikumpulkan.

Doping ditemukan dalam pil diet, atlet anonim dilarang berkompetisi selama 4 tahun.

“Tapi alhamdulillah yang terlibat sudah dinyatakan bebas dan bisa mengikuti turnamen di Peparnas ini.”

Penggunaan obat-obatan yang mengandung zat peningkat performa dapat diperbolehkan apabila atlet mempunyai surat Pengecualian Penggunaan Terapi (TUE) dari dokter.

Artinya dia membutuhkan obat sebagai pengobatannya. Jika tidak, hal buruk bisa menimpa kesehatannya.

“Ini adalah pengecualian untuk penggunaan terapeutik. Misalnya saja ada atlet angkat besi asal Papua, Lisa Rumbewas. Dia mengonsumsi narkoba setiap hari.

Gatot mengatakan, Lisa sempat diundang mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali pada akhir tahun 2021. Namun, tiba-tiba di tengah acara, ia menjauh atau berhenti karena tak punya obat lagi.

“Jadi pertimbangan juri itu banyak unsurnya, apakah ada unsur kesengajaan, apakah ada TUE dan lain-lain.”

Dengan kata lain, doping yang dilakukan Lisa dinyatakan sah karena obat tersebut diperlukan baginya dan dikonfirmasi oleh TUE dokternya. Jika belum dikonsumsi, ikuti langkah yang diberikan Gatot.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *