Menteri Israel Ini Sebut Negaranya Harus Kurangi Separuh Populasi Gaza
Liputan6.com, Tel Aviv – Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich mengatakan Israel harus menduduki Jalur Gaza dan mengurangi separuh populasi Palestina dengan mendorong “emigrasi sukarela.”
“Kita bisa dan harus menaklukkan Jalur Gaza, kita tidak perlu takut dengan kata itu,” kata Smotrich Senin malam di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Dewan Yesha, sebuah kelompok payung yang mewakili pemukim Israel di Tepi Barat yang sibuk seperti dikutip AFP , Kamis. (28/11/2024).
“Tidak ada keraguan bahwa di Gaza – dengan mendorong emigrasi sukarela – menurut pendapat saya, ada peluang unik yang terbuka dengan pemerintahan baru,” kata menteri tersebut mengacu pada berita pemilu Donald Trump baru-baru ini.
“Kita bisa menciptakan situasi dimana, dalam dua tahun, populasi Gaza akan berkurang setengahnya,” kata Smotrich.
Smotrich memimpin partai Zionisme Religius ultra-nasionalis dan telah memicu kontroversi dengan komentarnya dalam beberapa bulan terakhir.
Pada bulan Agustus, Smotrich menimbulkan kegaduhan internasional dengan menyatakan bahwa dua juta warga Gaza akan kelaparan untuk membebaskan sandera Israel di wilayah Palestina.
Pada tanggal 14 November, sebuah laporan oleh Human Rights Watch (HRW) menyatakan bahwa perpindahan massal yang dilakukan Israel di Gaza merupakan sebuah “kejahatan terhadap kemanusiaan”, sebuah klaim yang ditolak oleh Israel karena dianggap “sepenuhnya salah”.
Menurut HRW, “Tindakan Israel juga tampaknya memenuhi definisi pembersihan etnis” di wilayah dimana warga Palestina tidak diizinkan untuk kembali.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell sebelumnya mengecam tindakan Israel di Gaza. “Kata ‘pembersihan etnis’ semakin sering digunakan untuk menggambarkan apa yang terjadi di Gaza utara,” kata Borrell dalam postingan media sosialnya pada 11 November.
Smotrich dan rekannya di kabinet sayap kanan, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, sebelumnya memicu protes pada bulan Januari dengan rencana “pemukiman kembali secara sukarela” terhadap 2,4 juta penduduk Gaza.
Amerika Serikat pada saat itu menolak pernyataan “tidak bertanggung jawab” mereka.
Israel menduduki Jalur Gaza pada tahun 1967 dan mempertahankan pasukan serta pemukiman di sana hingga tahun 2005.
Setelah penarikan pasukannya, Israel memberlakukan blokade yang melumpuhkan wilayah tersebut dan, sejak dimulainya perang saat ini, Israel melakukan pengepungan yang hampir total.
Kelompok militan Hamas mengambil alih kekuasaan di Gaza pada tahun 2007 setelah mengusir mereka yang setia kepada Otoritas Palestina.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak kembalinya pemukim Yahudi ke Gaza, meskipun Smotrich dan anggota koalisi sayap kanan lainnya mendukung gagasan tersebut.
Perang di Gaza dimulai dengan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober tahun lalu, yang mengakibatkan kematian 1.207 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut laporan AFP mengenai angka resmi Israel.
Kampanye pembalasan Israel menewaskan 44.249 orang di Gaza, menurut angka dari kementerian kesehatan wilayah tersebut yang dianggap dapat diandalkan oleh PBB.