Israel Umumkan Wajib Militer 7.000 Orang Yahudi Ultra-Ortodoks, Akan Ikut Perang di Gaza dan Lebanon?
thedesignweb.co.id, Tel Aviv – Melanggar tabu yang telah lama menjadi kontroversi di masyarakat Israel, pada Jumat (15/11/2024) Tel Aviv mengumumkan wajib militer bertahap terhadap 7.000 orang Yahudi ultra-Ortodoks, yang akan dimulai akhir pekan ini.
Berdasarkan keterangan Kementerian Pertahanan Israel, perintah wajib militer tersebut akan dikeluarkan secara bertahap, mulai Minggu (17/11), setelah dilakukan penilaian militer.
Menteri Pertahanan Israel Katz berencana mengadakan pembicaraan dengan pihak-pihak terkait untuk menemukan kompromi yang akan membantu mengintegrasikan Yahudi ultra-Ortodoks (Haredim) ke dalam militer sambil menghormati praktik keagamaan mereka, tambahnya dalam sebuah pernyataan.
Katz menekankan bahwa Angkatan Darat akan melakukan segala upaya untuk menyediakan lingkungan yang mendukung yang memungkinkan orang-orang Yahudi yang religius untuk menjalankan tugas militer mereka sambil mempertahankan gaya hidup keagamaan mereka.
Namun detail proses ini belum diketahui.
Berdasarkan laporan Anadolu yang dikutip Sabtu (16/11/2024), keputusan tersebut menyusul keputusan Mahkamah Agung Israel pada Juni lalu yang memerintahkan warga Yahudi Haredi untuk dimasukkan dalam dinas militer nasional bersama warga Israel lainnya.
Terlepas dari fatwa ini, komunitas ultra-Ortodoks secara historis menentang dinas militer, dengan alasan bahwa mempelajari Taurat adalah tugas mereka untuk melestarikan identitas Yahudi di Israel.
Populasi Yahudi Haredi di Israel berjumlah sekitar 13% dari total populasi negara itu yang berjumlah 9,9 juta jiwa.
Secara historis, mereka dikecualikan dari dinas militer, yang wajib bagi semua warga negara Israel yang berusia di atas 18 tahun. Pengecualian ini telah memicu perdebatan selama puluhan tahun, dan para kritikus mengatakan hal itu melemahkan prinsip kesetaraan dalam pelayanan nasional.
Ketegangan regional meningkat di tengah serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, yang telah memakan korban jiwa lebih dari 43.700 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak Oktober tahun lalu.
Konflik juga telah menyebar ke Lebanon, dengan Israel melancarkan serangan mematikan di seluruh negeri, menandai peningkatan konflik setelah setahun bentrokan lintas batas antara Israel dan Hizbullah sejak perang Gaza dimulai.