Fajar Martha Akui Series Zona Merah Terinspirasi dari Kasus Bupati Langkat yang Pernah Viral
thedesignweb.co.id, Jakarta Vidio Original Series kembali hadir dengan merilis seri baru Zona Merah. Serial ini memperkenalkan cerita baru yang memperkenalkan sub-genre kiamat di tempat fiksi di Indonesia, Rimbalaya (Dunia Merah). Meski adegan ini hanya berdasarkan imajinasi, Fajar Marth Santosa dan Siddharth Tata selaku sutradara sepakat bahwa banyak peristiwa nyata yang terinspirasi dari kehidupan masyarakat.
Film ini mengusung tema horor yang dipadukan dengan thriller yang mengharukan, karena para karakternya harus bertarung melawan ‘mayat hidup’ yang membunuh orang. Dalam serial ini, penonton harus bersiap untuk dibawa ke dunia apokaliptik yang penuh dengan kematian.
Fajar Martha Santosa selaku produser mengatakan serial ini terinspirasi dari kasus yang menimpa Bupati Langkat.
Sebenarnya ide ini muncul karena kita berkali-kali melihat berita saat itu, kalau tidak salah Bupati Langkat mengurung orang di penjara, kata Fajar saat gala premiere di Metropole XXI, Jakarta Pusat, Kamis, Oktober 31 Agustus 2024 .
Meski kasusnya sudah lama usai, Fajar dan Tata serta kawan-kawan asal Penakawa yang menyusun cerita tersebut mengaku masih terinspirasi dan berani membawa cerita tersebut ke Zona Merah.
“Ceritanya sudah lewat, tapi ide kami terus berlanjut. Ceritanya kami kembangkan menjadi lebih bertema zombie,” ujarnya dalam keterangan yang dikirimkan kepada media.
Cerita dalam serial Red Zone berfokus pada sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Rimbalaya. Di Rimbalaya, masyarakatnya mempunyai berbagai macam kehidupan, mulai dari PNS, tenaga kesehatan, pedagang, buruh dan masih banyak lagi.
Maya yang diperankan oleh Aghniny Haque adalah seorang pekerja pabrik kaya yang berjuang untuk menghidupi saudara laki-laki satu-satunya, Adi (Devano Danendra). Di saat yang sama, reporter asal Jakarta, Risang, menyelidiki bupati jahat di Rimbalaya.
Zona Merah penuh dengan berbagai permasalahan, tidak hanya perjuangan melawan ‘Hukum Kehidupan’ saja, namun masyarakat juga harus melawan para pejabat korup di kotanya. Penggambaran adegan pertarungan yang epik dan pertarungan politik kotor menambah ketegangan yang dihadirkan serial ini.
Sidharta Tata dan Fajar Martha mengembangkan cerita akhir tahun 2023 bersama Penakawan, rumah kreatif asal Yogyakarta yang melahirkan Red Zone. Menurut Tata dan Fajar, mereka ingin menghadirkan serial zombie yang tidak lepas dari unsur lokal.
“Kami di Penakawan sangat pandai dalam menyusun segala sesuatunya. Bagaimana jika masyarakat kami bertemu dengan orang mati yang masih hidup?” katanya.
Tak hanya Zombie yang berganti nama menjadi ‘Living Corpses’, Red Zone juga mengupas mitologi Indonesia tentang bunga merah beraroma korupsi. Beberapa orang percaya bahwa bunga ini menyebabkan berbagai masalah, sementara yang lain percaya bahwa bunga ini dapat digunakan sebagai obat yang efektif untuk segala penyakit.
Disebut Piala Roh, bunga ini adalah awal dari krisis besar di Zona Merah yang akan menyebabkan munculnya Mayat Hidup yang menakutkan dan meneror makhluk-makhluk tersebut.