Global

Misteri Bioluminesensi, Cahaya Ajaib dari Hewan dan Tumbuhan

Liputan6.com, Jakarta – Cahaya yang dihasilkan oleh beberapa hewan dan tumbuhan, seperti udang, jamur, dan kunang-kunang, merupakan fenomena menarik yang dikenal dengan bioluminesensi. Bioluminescence atau bioluminescence adalah istilah yang digunakan ketika makhluk hidup dapat memancarkan cahaya dari tubuhnya sendiri.

Fenomena ini melibatkan organisme yang mampu menghasilkan cahaya melalui serangkaian reaksi kimia. Dikutip dari situs National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada Rabu (16/10/2024), bioluminesensi adalah cahaya yang dipancarkan organisme hidup melalui reaksi kimia (chemiluminescence) yang terjadi di dalam tubuhnya.

Bioluminesensi ini biasanya berwarna biru atau biru-hijau, ungu muda, kuning-hijau dan, yang paling jarang, merah. Reaksi yang menyebabkan bioluminesensi tidak lepas dari suhu panas.

Oleh karena itu, bioluminesensi dikenal sebagai “cahaya dingin”. Artinya, kurang dari 20 persen energi diubah menjadi radiasi termal atau bentuk panas lainnya.

Sebagian besar energi dalam bioluminesensi diubah langsung dari energi kimia menjadi energi cahaya tampak. Bioluminesensi adalah reaksi enzimatik.

Enzim mempercepat reaksi kimia dengan membantu substrat bereaksi. Enzim digunakan kembali dalam reaksi alih-alih diubah menjadi molekul lain.

Enzim dalam reaksi bioluminesensi adalah luciferase. Luciferase membantu mengkatalisis, atau mempercepat, reaksi kimia antara luciferin dan oksigen.

 

Selama reaksi kimia ini, molekul luciferin teroksidasi, menghasilkan cahaya dan molekul baru, oxyluciferin. Setelah reaksi kimia, luciferase didaur ulang, artinya ia dapat terus menghasilkan cahaya dalam bentuk bioluminesensi selama luciferin dan oksigen masih ada.

Reaksi ini dapat terjadi pada organisme atau air. Pada udang bioluminesen yang mengeluarkan cahaya, reaksinya terjadi di luar organisme.

Pada beberapa hewan, reaksi terjadi di dalam sel. Pada hewan lain, reaksi ini dihasilkan oleh bakteri yang hidup di dalam organisme.

Namun, reaksi dasar yang sama antara enzim luciferase dan substrat luciferin menghasilkan cahaya. Berbagai jenis organisme menggunakan molekul luciferin yang berbeda.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk menciptakan cahaya telah berevolusi pada makhluk yang berbeda pada waktu yang berbeda. Beberapa hewan menggunakan cahaya sebagai cara untuk memperingatkan predator, seperti udang, yang memancarkan cahaya saat terancam, yang dapat menakuti atau mengalihkan perhatian predator.

Sedangkan kunang-kunang menggunakan cahaya sebagai sinyal untuk menarik pasangannya. Pola dan warna cahaya yang dipancarkan dapat menunjukkan jenis dan kualitas seseorang.

(Tiffany)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *