Tak Ada IPO BUMN di 2024, Bos Bursa Beri Alasannya
Liputan6.com, Jakarta – Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi isyarat penjualan perdana saham (IPO) badan usaha milik negara (BUMN) pada masa pemerintahan Prabowo Subianto. Direktur Utama BEI Iman Rehman mengatakan, tidak ada BUMN atau anak perusahaan BUMN yang masuk dalam pipeline IPO bursa tahun ini.
Menurut Iman, salah satu momentum sektoral yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan untuk menunda IPO pada tahun ini adalah. Namun di sisi lain, bursa mengimbau perusahaan tidak menunggu terlalu lama untuk debut di bursa.
“Saya kurang tahu alasan Kementerian Boom (menunda IPO). Mungkin sektor ini kurang cocok. Karena persiapan boomnya tidak seperti swasta. Jadi perlu waktu, (persetujuan) dari (yang ada) ) pemegang saham, dan sebagainya,” kata Imane Bursa kepada wartawan di gedung tersebut, Kamis (17/10/2024).
Pihak bursa berharap pemerintah dapat membantu mendorong BUMN mencatatkan sahamnya di bursa dalam ukuran yang lebih besar. Sebelumnya, Menteri BUMN Eric Thohir mengusulkan memboyong beberapa perusahaan pelat merah untuk debut di pasar saham. Namun, saat ini tidak ada bulan sabit.
“Kita berharap pasokan dari pemerintahan baru bisa lebih banyak lagi. Karena pada tahun ini kita belum punya pipanya,” kata Iman.
Saat ini terdapat 14 BUMN yang tercatat di bursa dengan tren kinerja yang mencatatkan pertumbuhan mengesankan. Sebanyak 7 perusahaan BUMN mengalami kenaikan harga sahamnya, dan 7 perusahaan mengalami penurunan harga saham dibandingkan harga IPO. Sedangkan 9 anak perusahaan BUMN bertambah dan 14 anak perusahaan BUMN mengalami penurunan.
“Tapi menariknya kalau bicara lokasi IPO, sejauh ini labanya naik 1.200%. Dividennya sekitar 2.000% dan market capnya naik 1.500%. Jadi kalau anak perusahaan BUMN, labanya naik 232%, Dividen sekitar 400% dan market cap 87%” jadi artinya dengan IPO mereka trennya naik banget. Iya,” kata Iman.
Iman menemukan transparansi di pasar modal mendorong BUMN meningkatkan kinerjanya. Pada saat yang sama, praktik CGC yang baik juga menjadi pertimbangan bagi investor. Bahkan dibandingkan tahun 2023, pendapatan BUMN meningkat sekitar 7% dan labanya sebesar 10%.
“Jadi kita harapkan anak perusahaan misalnya Pertamina, Inalum, PTPN (bisa IPO) di tahun 2025,” tambah Iman.