Israel Manfaatkan Jatuhnya Rezim Assad untuk Rebut Lebih banyak Wilayah Suriah?
thedesignweb.co.id, Damaskus – Israel telah menguasai Dataran Tinggi Golan sejak perang tahun 1967 melawan Suriah. Antara tahun 1974 dan 2024, wilayah tersebut terbagi antara wilayah yang dikuasai Israel dan Suriah, dipisahkan oleh zona penyangga.
Pada Minggu (8/12/2024), Presiden Suriah Bashar al-Assad digulingkan oleh pemberontak, mengakhiri pemerintahan Partai Baath yang berkuasa sejak 1963.
Tak lama kemudian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa perjanjian tahun 1974 untuk mempertahankan zona penyangga di Dataran Tinggi Golan tidak berlaku lagi.
Pada hari Minggu yang sama, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan bahwa tentara Israel telah menguasai posisi tentara Suriah di beberapa bagian Gunung Hermon, wilayah yang ditinggalkan Israel pada tahun 1974. Demikian dikutip Middle East Eye, Kamis (12 /12 ).
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menyebut tindakan ini sebagai “tindakan terbatas dan sementara demi alasan keamanan,” namun sumber keamanan Suriah mengatakan Israel telah bergerak sejauh 10 kilometer ke wilayah Suriah.
Lokasi strategis yang penting
Dataran Tinggi Golan telah diakui sebagai bagian dari Suriah sejak negara tersebut merdeka pada tahun 1944. Meski banyak terjadi perang dan klaim dari kedua belah pihak, dunia internasional masih menganggap wilayah ini sebagai bagian dari Suriah.
Pada tahun 2019, Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai bagian dari Israel, sebuah keputusan yang tidak dibatalkan oleh Presiden Joe Biden.
Perjanjian Pelepasan 1974 antara Israel dan Suriah adalah perjanjian terpanjang yang diakui antara Israel dan negara Arab. Dalam perjanjian tersebut, Israel setuju untuk mundur dari Gunung Hermon dan area seluas kurang lebih 25 kilometer persegi di dekat kota Quneitra.
Kemudian, pada tanggal 31 Mei 1974, United Nations Disengagement Observation Force (UNDOF) dibentuk untuk memantau wilayah ini.
Gunung Hermon, yang terletak di dekat perbatasan dengan Lebanon, merupakan salah satu situs strategis terpenting di kawasan. Sebagai gunung tertinggi di Suriah, Gunung Hermon menawarkan panorama dan pemandangan seluruh wilayah.
Hanya 40 kilometer dari Damaskus, ibu kota Suriah, Gunung Hermon memungkinkan Israel menempatkan artileri yang mampu mencapai ibu kota Suriah.
Selain itu, Gunung Hermon juga menjadi titik pengamatan wilayah Lebanon yang dianggap Israel sebagai benteng Hizbullah, seperti Lembah Beqaa.
Para analis mengatakan radar Israel sebelumnya memiliki kelemahan dalam mendeteksi drone Iran yang terbang rendah. Dengan adanya radar di Gunung Hermon, Israel kini bisa memantau wilayah lebih luas.
“Pegunungan ini juga memberikan perlindungan sempurna bagi pasukan khusus dan mata-mata Israel, yang dapat melakukan operasi lebih leluasa di Suriah, bahkan pada malam hari,” kata mantan pilot angkatan udara Israel Naftali Hazony.
Tentara Israel telah memperingatkan pasukan pemberontak di Dataran Tinggi Golan untuk tidak memasuki zona penyangga. Menurut Ynet, Komando Utara Israel meningkatkan kewaspadaannya dan menerapkan tindakan darurat untuk memperkuat pertahanan.
Pada Senin (12/9), Netanyahu mengenang pengalamannya sebagai komandan pasukan operasi khusus Sayeret Matkal di Dataran Tinggi Golan pada tahun 1970-an.
“Saya ingat betapa dinginnya di sana bersama (saudara) Eido dan Yoni, saya harap mereka beristirahat dengan tenang,” ujarnya.
Keluarga Abu Mohammad al-Jolani atau Abu Mohammad al-Julani atau Abu Mohammad al-Jawlani, pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang menggulingkan pemerintah Suriah akhir pekan ini, berasal dari Dataran Tinggi Golan.