Riset Brian CoC dan 4 Mahasiswa UGM Ungkap PRP Allogeneic sebagai Terapi Alternatif Penyakit Jantung
thedesignweb.co.id, Jakarta – Brian Clash of Champions bersama empat mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menciptakan inovasi luar biasa di bidang kesehatan, potensi alogenik platelet-rich plasma (PRP) sebagai alternatif terapi penyakit jantung. .
Penelitian mereka difokuskan pada pencegahan plak aterosklerotik, penyebab utama serangan jantung dan stroke, yang seringkali mengancam jiwa.
Dipimpin oleh Isma Fathur Aini dari Fakultas Kedokteran Hewan 2021, tim ini juga beranggotakan Titis Putri Dika Amalia, Nilda Adicia Putri, Brian Arianto Tanuwidjaja dan Mulyadin. Penelitian mereka merupakan bagian dari Program Kreatif Mahasiswa (PKM) bidang Penelitian Eksakta yang didanai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dengan penemuan ini, mereka tidak hanya menawarkan solusi baru, tetapi juga membuka jalan bagi pengobatan penyakit jantung di masa depan yang lebih aman dan efektif! Bagaimana aterosklerosis terjadi?
Penyakit kardiovaskular, termasuk aterosklerosis, merenggut jutaan nyawa setiap tahunnya. Aterosklerosis terjadi ketika pembuluh darah mengeras dan menyempit akibat penumpukan kolesterol, yang kemudian membentuk plak ateroma. Jika dibiarkan, plak ini dapat menyumbat aliran darah dan berujung pada stroke atau gagal jantung.
Obat apa yang digunakan untuk menghancurkan plak pada aterosklerosis? Saat ini, pengobatan dengan statin, obat penurun kolesterol, paling sering diresepkan.
Namun penggunaan statin seringkali disertai dengan efek samping seperti mialgia, gangguan fungsi hati bahkan gagal ginjal. Di sini, tim peneliti UGM menemukan celah untuk menawarkan alternatif yang lebih aman dan efektif.
Menurut Isma, Platelet Rich Plasma (PRP) merupakan plasma darah yang kaya akan trombosit. Melalui proses sentrifugasi, PRP mengandung faktor pertumbuhan yang dapat memperbaiki dan meregenerasi sel-sel yang rusak.
Selain itu, PRP juga memiliki hepatosit growth factor (HGF) yang berperan sebagai sitokin anti inflamasi, sehingga dapat menekan peradangan dan menekan perkembangan plak aterosklerotik.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa PRP alogenik mampu menurunkan kadar kolesterol LDL dan HDL, serta menekan proses inflamasi penyebab pembentukan plak,” kata Isma seperti dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu, 21 September 2024. Kemendikbud dan Dukungan budaya untuk inovasi
Penelitian ini tidak lepas dari dukungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui pembiayaan PKM yang mendorong mahasiswa untuk menciptakan inovasi di bidang kesehatan. Dengan penelitian ini, tim Vasco, demikian sebutan kelompok penelitiannya, berharap PRP alogenik dapat menjadi kandidat terapi alternatif yang aman dan efektif dalam pengobatan aterosklerosis.
Salah satu anggota tim, Titis Putri Dika Amalia, juga menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut. “Kami berharap penelitian ini dapat memberikan landasan yang kuat bagi pengembangan terapi vaskular di masa depan,” ujarnya.
Kolaborasi multidisiplin ini membawa kesegaran dalam dunia kedokteran, khususnya dalam pengobatan penyakit jantung. Brian Arianto Tanuwidjaja menjelaskan inovasi PRP alogenik ini dapat mengurangi risiko efek samping yang dihadapi pasien pengguna statin.
Tak hanya itu, penemuan ini juga sejalan dengan upaya global untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) nomor 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua kelompok.
“Penelitian ini merupakan hasil kerja keras dan kolaborasi kami. Kami berharap hasilnya dapat memberikan dampak yang luas dan membantu jutaan orang yang berisiko terkena penyakit jantung,” kata Nilda Adicia Putri.
Melalui penelitian tersebut, mahasiswa UGM kembali membuktikan bahwa inovasi tidak hanya datang dari laboratorium-laboratorium besar, namun juga dari semangat dan kerja keras generasi muda.
Penelitian mereka membuka jalan bagi terapi masa depan yang lebih aman, efektif, dan berpotensi menyelamatkan banyak nyawa dari bahaya aterosklerosis dan penyakit jantung lainnya.
Inovasi PRP alogenik ini tentunya menjadi harapan baru bagi dunia medis, khususnya dalam mencari solusi alternatif yang aman tanpa efek samping yang serius. Sekarang tinggal menunggu langkah berikutnya. Perkembangan lebih lanjut dari penemuan ini mengarah pada pengobatan yang sebenarnya bagi pasien.