Apakah Jalan Kaki adalah Olahraga Terbaik untuk Mencegah Stroke? Dokter Bilang Begini!
thedesignweb.co.id, Jakarta – Stroke merupakan penyakit yang sering terjadi tanpa peringatan dan dapat berdampak besar terhadap kesehatan dan kualitas hidup kita. Meski terdengar mengkhawatirkan, kabar baiknya adalah sekitar 90 persen stroke sebenarnya bisa dicegah, salah satunya adalah olahraga.
Salah satu olahraga yang paling digandrungi saat ini adalah jalan kaki. Kegiatan ini tidak membutuhkan biaya yang besar, namun memiliki banyak manfaat jika dilakukan secara rutin.
Namun pertanyaan yang muncul bagi banyak orang: apakah berjalan kaki cukup untuk menghindari stroke? Dr. Elina Widiastuti dari Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO), jawabannya mungkin lebih rumit dari yang kita kira. Apakah olahraga baik untuk pencegahan stroke?
Elina menjelaskan, olahraga teratur berperan besar dalam mencegah stroke. Sayangnya, kurangnya aktivitas fisik masih menjadi salah satu dari lima faktor risiko utama stroke.
Jalan kaki mempunyai banyak manfaat bagi tubuh. Latihan aerobik seperti jalan kaki dapat meningkatkan fungsi jantung, pembuluh darah, dan sistem pernafasan yang semuanya berperan penting dalam mengurangi risiko stroke.
Menurut Elina, jalan kaki yang teratur lima kali seminggu, minimal 30 menit sehari, akan melancarkan aliran darah dan mengurangi risiko penggumpalan darah penyebab stroke.
Ia juga menambahkan, aktivitas aerobik seperti jalan kaki memperkuat jantung sekaligus mengurangi risiko penyakit kardiovaskular lain yang terkait erat dengan stroke.
Tapi Dr. Elina mengingatkan, untuk mendapatkan hasil yang optimal, diperlukan variasi. Tidak cukup hanya pergi saja. Anda juga harus menambahkan aktivitas yang memperkuat otot, seperti gym, yoga, atau pilates.
Aktivitas ini bisa dilakukan dua hingga tiga kali dalam seminggu dan bertujuan untuk menjaga keseimbangan tubuh.
Selain itu, tubuh yang lebih kuat secara fisik akan lebih siap menghadapi tekanan sehari-hari, baik fisik maupun mental.
Selain latihan aerobik dan penguatan otot, ada satu hal yang sering luput dari perhatian, yaitu duduk terlalu lama atau kurang gerak.
Jika terlalu lama duduk, peredaran darah menjadi kurang lancar dan risiko penyakit pun meningkat. Mengurangi waktu duduk dan memperbanyak langkah harian bisa sangat bermanfaat bagi tubuh secara keseluruhan.
Bahkan, banyak kantor di luar negeri yang mulai mendorong karyawannya untuk bekerja sambil berdiri agar lebih aktif.
Stroke merupakan kondisi serius yang dapat mengancam jiwa dan berdampak signifikan terhadap kualitas hidup. Ketika stroke terjadi, setiap menit sangat berarti karena 1,9 juta sel otak bisa mati hanya dalam 60 detik.
Tidak mengherankan jika stroke dianggap sebagai penyebab utama kecacatan dan bahkan kematian di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, stroke merupakan penyebab kecacatan terbanyak, yaitu sebesar 11,2 persen dari seluruh kecacatan dan 18,5 persen dari seluruh kematian.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, angka kejadian stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk. Angka tersebut menandakan semakin banyak masyarakat yang harus menghadapi penyakit ini.
Tak hanya stroke saja yang masuk dalam kategori penyakit katastropik dengan biaya pengobatan yang mahal. Pada tahun 2023, stroke akan menjadi penyakit termahal ketiga di Indonesia setelah jantung dan kanker, mencapai Rp5,2 triliun.
Namun yang harus kita tekankan adalah stroke sebenarnya sangat bisa dicegah. Misalnya. Direktur Jenderal Pencegahan Penyakit dan Pengendalian Epidemi (Dirjen P2P Kementerian Kesehatan RI), Dr. Yudhi Pramono menyatakan 90 persen stroke bisa dicegah.
Bagaimana? Kuncinya adalah mengendalikan faktor risiko yang seringkali luput dari perhatian kita sehari-hari.
Faktor risiko utama stroke antara lain tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi, gangguan jantung, kurang aktivitas fisik, kebiasaan makan tidak sehat, stres, dan konsumsi alkohol.
Jika kita bisa menjaga kesehatan dan meminimalisir risiko tersebut, maka risiko terkena stroke bisa berkurang secara signifikan, mengutip Sehat Negeriku pada Senin 28 Oktober 2024.
Stroke bukan lagi penyakit yang hanya terjadi pada orang lanjut usia. Dr. Dodik Taskworo dari Persatuan Dokter Saraf Indonesia (Perdosni) menegaskan, masyarakat usia produktif, bahkan remaja, semakin banyak mengalami stroke akhir-akhir ini.
Data DALY global tahun 2019 menunjukkan bahwa kasus stroke tidak hanya dialami oleh kelompok usia lanjut, namun kelompok usia di bawah 15 tahun juga menjadi rentan terkena stroke. Sebuah kenyataan yang memaksa kita untuk lebih waspada.
Menurut Dodik, di antara 18 jenis penyakit saraf, stroke menempati posisi yang cukup menonjol dan tidak hanya menyerang orang lanjut usia, namun juga anak-anak di bawah 10 tahun.
Meski sebagian besar stroke masih terjadi pada kelompok usia 45-80 tahun, namun fakta bahwa stroke dapat terjadi pada usia muda menjadi peringatan bagi semua kelompok umur.
Selain itu, stroke sering kali menjadi titik awal timbulnya banyak penyakit berisiko tinggi lainnya, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan diabetes.
Tekanan darah tinggi, atau tekanan darah tinggi, dikatakan sebagai “pendahulu” stroke karena dapat meningkatkan tekanan darah ke tingkat yang berbahaya, sehingga menyebabkan otak mengalami kelainan pembuluh darah.
Penyakit jantung juga erat kaitannya dengan stroke karena hubungannya dengan peredaran darah, sedangkan diabetes dapat mempengaruhi keseimbangan insulin dalam tubuh yang penting untuk mengontrol kadar gula darah.
Menariknya, Dr. Dodik mengusung slogan yang diharapkan dapat membantu masyarakat mengenali gejala awal stroke: Segera ke Rumah Sakit. Slogan ini mengacu pada tanda-tanda yang harus diwaspadai, antara lain: Senyuman asimetris Tiba-tiba kelemahan gerakan tubuh Ucapan tidak jelas atau tidak jelas Mati rasa atau kesemutan pada salah satu sisi tubuh Tiba-tiba rabun jauh pada salah satu mata dan tiba-tiba sakit kepala parah.