WEB NEWS Bantu Turunkan Stunting, Mahasiswa UGM Bikin Snack Bar Berbahan Dasar Daun Kelor
thedesignweb.co.id, Jakarta Untuk membantu mempercepat proses penurunan stunting, lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menciptakan inovasi snack bar berbahan dasar daun kelor.
Kelima mahasiswa tersebut adalah: Andika Jatra Pratama (FK-KMK) Aurel Novalino (Fakultas Teknik) Zahra Faizah (Fakultas Teknik) Ghina Salwa (Fakultas Peternakan) Daniel Phangkay (Fakultas Pertanian dan Teknologi).
Mereka tergabung dalam Program Pengabdian Kepada Masyarakat Inovatif Mahasiswa (PKM-PM) yang memadukan daun kelor dengan kacang-kacangan seperti edamame dan kacang tanah untuk dijadikan snack bar.
Ide pembuatan snack bar (kemudian disebut Elsibarkelor) dengan daun kelor berawal dari kegiatan melayani pelajar di Desa Wonodri, Kecamatan Semarang Selatan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Daun kelor merupakan komoditas di daerah ini, sangat melimpah namun masyarakat setempat tidak bisa mengolahnya.
“Tim kami kemudian mengambil inisiatif untuk membuat snack bar dengan menggunakan kelor sebagai bahan dasarnya agar masyarakat dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang mereka miliki untuk memecahkan masalah.”
Daun kelor dapat mencegah terhambatnya pertumbuhan pada bayi karena kaya akan nutrisi penting seperti vitamin A, vitamin C, kalsium, protein dan zat besi, tambah Andika.
Daun kelor memberikan nutrisi yang diperlukan untuk mendukung tumbuh kembang janin secara optimal dan mencegah anemia pada ibu hamil, ujarnya.
Dalam pembuatan snack bar kering, siswa menggunakan bahan-bahan antara lain: tepung terigu, madu sebagai pemanis, kacang tanah sebagai sumber nutrisi dan kerenyahan masakannya.
Kacang tanah dan edamame mengandung folat dan zat besi, yang membantu menjaga kesehatan janin sehingga mencegah keterlambatan perkembangan bayi saat lahir.
Ibu-ibu PKK juga dilatih membuat makanan ringan dengan menggunakan daun kelor. Ibu-ibu di jalanan Wonodri telah dilatih membuat jajanan dengan menggunakan daun kelor dengan harapan mereka dapat membagikan keterampilan tersebut kepada ibu-ibu lainnya.
“Dengan bekerja sama dengan ibu-ibu PKK sebagai mitra utama, kami berharap program PKM-PM Elsibarkelor ini dapat menjadi langkah nyata upaya masyarakat,” ujar Jatra, salah satu anggota tim PKM komunitas untuk menurunkan angka stunting dan gizi buruk di masyarakat daerah”.
Selain pengolahan makanan untuk mencegah daun kelor kerdil, masyarakat juga dilatih cara menggunakan aplikasi Elsimil agar bisa mengoperasikannya sendiri.
Pelatihan ini bertujuan untuk mengoptimalkan kehadiran aplikasi Elsimil yang diluncurkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Aplikasi ini memiliki tiga fitur utama. Pertama, cakupan screening meliputi calon pengantin, calon pasangan usia subur, ibu hamil, ibu nifas, dan keluarga dengan bayi berusia 0-59 bulan. Dilanjutkan dengan berbagai program edukasi kesehatan reproduksi dan cara menjaga kehamilan, serta konsultasi dengan pakar BKKBN.
“Ini sudah membantu sejak awal karena ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi sebelum menikah. Bahkan, kami sekarang bekerja sama dengan Kementerian Agama dan siapa pun yang ingin menikah harus mengisi informasi screening di aplikasi Elsimil. ” “Jadi mereka harus mendapat akta A dulu baru bisa mendaftarkan pernikahannya ke KUA,” jelas Novalino.
Novalino melanjutkan program ini dengan harapan dapat menurunkan angka stunting di Kecamatan Wonodri dan mendorong kreativitas masyarakat dalam pemanfaatan daun kelor. Dengan memanfaatkan aplikasi Elsimil secara optimal, maka program zero-delay yang diusung pemerintah dapat berhasil.
Percepatan penurunan stunting merupakan prioritas nasional. Permasalahan keterbelakangan pembangunan ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga terjadi di berbagai negara.
Menurut UNICEF, stunting disebabkan oleh kekurangan gizi pada anak di bawah 2 tahun, kekurangan gizi pada ibu saat hamil, dan kebersihan yang buruk. Angka stunting di Indonesia saat ini sebesar 21,6% dan targetnya mencapai 14% pada tahun 2024.