Keluarga Besar dan Tetangga Miliki Peran Penting Cegah Kasus Familicide
thedesignweb.co.id, Jakarta – Menjelang akhir tahun, kasus pembunuhan keluarga di Indonesia semakin meningkat. Familicide mengacu pada kasus pembunuhan dalam keluarga. Misalnya, seorang ayah membunuh anak dan istrinya.
Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pembunuhan keluarga seringkali disebabkan oleh kesulitan ekonomi dan utang, termasuk yang saat ini marak terjadi, pinjaman online (pinjol).
Kurangnya pengawasan dari keluarga besar dan lingkungan juga memperparah keadaan ini, kata anggota KPAI sekaligus pengurus kelompok kekerasan fisik dan/atau psikis Diyah Puspitarini dalam keterangan pers dikutip Rabu (18/12/2024). .
Sebagai negara yang memiliki budaya keluarga besar atau keluarga terbuka, lanjut Diyah, peran aktif keluarga besar sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anggotanya.
Tetangga dan masyarakat juga mempunyai tanggung jawab untuk mengenali tanda-tanda perubahan perilaku dalam keluarga sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan. Beberapa tandanya antara lain isolasi sosial, meningkatnya tekanan emosional, atau kesulitan ekonomi.
Budaya keluarga besar di Indonesia seharusnya menjadi peluang bagi keluarga besar untuk terlibat dalam penyelesaian permasalahan anggota keluarga. Namun, pengawasan yang buruk dan kurangnya kepedulian terhadap lingkungan sering kali menyebabkan tanda-tanda awal permasalahan terabaikan.
“Gagalnya pelibatan tetangga atau masyarakat dalam memantau kondisi keluarga juga memperburuk keadaan,” jelas Diyah.
Kasus pembunuhan keluarga menyoroti pentingnya membangun kesadaran sosial di masyarakat. Keluarga besar, tetangga, dan pihak berwenang harus lebih peka terhadap perubahan mencurigakan yang terjadi pada keluarga di sekitar mereka.
Intervensi dini dapat mencegah tragedi, menyelamatkan nyawa dan memutus siklus kekerasan dalam rumah tangga.
Fenomena pembunuhan keluarga merupakan peringatan buruk akan bahaya tekanan ekonomi dan gangguan mental yang tidak diobati.
“Tragedi ini tidak hanya memakan korban jiwa, namun juga meninggalkan trauma mendalam bagi keluarga yang tersisa. “Anak-anak yang seharusnya mendapat perlindungan justru menjadi korban paling rentan dalam situasi ini,” jelas Diyah.
Diyah menambahkan, kasus pembunuhan dalam rumah tangga cenderung meningkat pada akhir dan awal tahun. Apalagi ketika tekanan ekonomi meningkat akibat utang, khususnya pinjaman online (pinjol). Situasi ini seringkali menimbulkan rasa putus asa yang berujung pada tindakan fatal.
Diyah mengatakan pihaknya mengambil sikap tegas terhadap meningkatnya kasus pembunuhan dalam rumah tangga. Pasalnya, sesuai amanat Undang-Undang Perlindungan Anak, anak yang meninggal berhak mendapatkan kejelasan penyebab kematiannya dan tidak mendapat stigma negatif.
Selain itu, Diyah menekankan pentingnya hak anak untuk mendapatkan kejelasan penyebab kematian tanpa stigma negatif. Kejadian ini harus menjadi peringatan serius agar tidak terjadi lagi, ujarnya.
Kasus tragis pembunuhan keluarga terbaru terjadi pada sebuah keluarga yang diduga berupaya mengakhiri hidup bersama pada Sabtu, 14 Desember 2024 di Kediri. Meski ayah, ibu, dan anak pertama (5) berhasil diselamatkan, namun satu anak (2) meninggal.
“Kejadian ini diduga karena permasalahan ekonomi, khususnya perbudakan pinjaman online (pinjol). “Saat ini keluarga yang selamat masih mendapatkan pengobatan dan bantuan,” kata Diyah.
Tak lama kemudian, tragedi serupa terjadi di Cirendeu, Tangsel pada Minggu, 15 Desember 2024, dimana satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (3) ditemukan tewas.
Belum diketahui penyebabnya, namun perempuan tersebut sempat melimpahkan masalah utang pinjamannya kepada tetangganya.
Fenomena memilukan ini bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, kejadian serupa terjadi di Malang dan Pesanggrahan. Di Malang, ada satu keluarga yang meninggal, kecuali anak bungsu yang berhasil diselamatkan.
Sedangkan di Pesanggrahan pada Januari 2024, satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anaknya meninggal dunia setelah diusir dari apartemennya.
“Faktor ekonomi, khususnya jeratan utang dinilai menjadi penyebab utama,” kata Diyah.