Donald Trump Menang, PTBA Yakin Berdampak Positif ke Industri Batu Bara
thedesignweb.co.id, Jakarta Kondisi geopolitik global pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan membawa kondisi positif bagi industri batubara.
Hal tersebut diungkapkan Niko Chandra, Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA). “Prospek ke depannya tentu masih positif, terutama mengingat kondisi geopolitik pasca terpilihnya Trump, di mana tampaknya masih ada harapan bagi industri batubara,” tulis Niko, Minggu (1/12/). 2024) )
Ia menjelaskan, prediksi tersebut merujuk pada kondisi masa lalu ketika Donald Trump juga terpilih menjadi orang nomor satu di Amerika.
“Dalam skala global, sebenarnya dengan politik dan kalau melihat Trump terpilih, ya (industri batu bara) akan relatif sukses, seperti dulu,” kata Nico.
Kemenangan Donald Trump dalam situasi yang menghadapi tantangan besar di masa lalu telah memberikan harapan baru bagi industri batubara untuk berkembang lebih lanjut.
Lebih lanjut, PTBA meyakini permintaan domestik akan menjadi pendorong utama pertumbuhan dan harga batubara di masa depan.
Kondisi pasca-Covid-19 menunjukkan bahwa permintaan batu bara dalam negeri terus tumbuh seiring dengan peningkatan kebutuhan energi dan pembangunan.
“Sebenarnya yang paling besar masih di dalam negeri. Kalau kita lihat pertumbuhan permintaan pasca-Covid-19, kalau dilihat terus tumbuh,” tuturnya.
Salah satu faktor pendorong pertumbuhan dalam negeri adalah program pembangunan 3 juta rumah yang diharapkan dapat mendongkrak permintaan energi di sektor tersebut.
Peningkatan permintaan ini juga terlihat dari pertumbuhan konsumsi listrik yang dialami PT PLN (Persero) sebagai dampak dari pembangunan infrastruktur.
Penurunan harga semen sebesar 10 persen diyakini akan memacu aktivitas konstruksi sehingga berdampak positif pada permintaan batu bara.
Selain fokus di pasar dalam negeri, PTBA juga memperluas jangkauannya ke pasar internasional, mencari peluang baru di negara-negara berkembang.
Vietnam menjadi salah satu negara target PTBA untuk memperluas pangsa pasar batubara di kawasan Asia Tenggara.
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengumumkan kinerjanya untuk periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2024. Selama periode ini, perseroan berhasil mempertahankan pertumbuhan dari sisi pendapatan.
Selama sembilan bulan tahun ini, perseroan berhasil membukukan laba bersih Rp3,23 triliun dan EBITDA Rp5,65 triliun di tengah sejumlah tantangan.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi bursa, PTBA mencatatkan pendapatan sebesar Rp30,66 triliun hingga September 2024. Pendapatan tersebut meningkat 10,52 persen dibandingkan pendapatan September 2023 yang tercatat Rp 27,74 triliun.
Sementara belanja pendapatan meningkat dari Rp21,81 triliun pada September 2024 menjadi Rp25,05 triliun pada September 2024. Alhasil, laba kotor perseroan turun menjadi Rp5,61 triliun pada September 2024. Sedangkan pada periode yang sama setahun kemudian, perseroan meraup total laba Rp 5,92 miliar.
Hingga September 2024, perseroan mencatatkan beban umum dan administrasi sebesar Rp1,46 triliun, beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp566,5 miliar, serta pendapatan lain-lain sebesar Rp336,92 miliar. Sementara itu, pendapatan keuangan merupakan bagian terbesar dari laba bersih entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp182,45 miliar, beban keuangan sebesar Rp201,36 miliar, dan Rp292,41 miliar.
Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 3,23 triliun per September 2024. Laba tersebut lebih rendah 14,52 persen dibandingkan laba Rp pada periode yang sama tahun lalu. 3,78 triliun. EBITDA tercatat sebesar Rp 5,65 triliun pada September 2024 di tengah sejumlah tantangan.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk Niko Chandra menjelaskan ada beberapa tantangan yang dihadapi perseroan, antara lain koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar.
Rata-rata indeks harga batubara ICI-3 direvisi naik sekitar 14 persen per tahun, dari US$86,32 per ton pada Q3 2023 menjadi US$74,59 per ton pada Q3 2024.
Sementara itu, rata-rata indeks harga batubara Newcastle direvisi naik 28 persen per tahun menjadi US$133,89 per ton pada kuartal ketiga tahun 2024, dari US$185,45 per ton pada kuartal ketiga tahun 2023.