2 Kelompok Ini Lebih Berisiko Kena Herpes Zoster atau Cacar Api, Segera Vaksinasi
thedesignweb.co.id, dikenal juga dengan sebutan jakarta herper krusta atau jerawat, dapat menyerang orang berusia di atas 50 tahun dan orang dengan daya tahan tubuh rendah. Kedua kelompok tersebut dianjurkan untuk menerima vaksin herpes zoster atau herpes zoster untuk mengurangi risiko komplikasi.
“Kelompok pertama adalah masyarakat yang berusia di atas 50 tahun,” kata konsultan kelompok kerja Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Kelompok Imunisasi Dewasa ini. (PAPDI) Samsuridjal Djauzi.
Orang berusia 50 tahun ke atas mengalami penurunan kekebalan terhadap virus varicella, kata Samsuridjal. Banyak sekali bekas jerawat yang muncul di usia diatas 50 tahun.
“Jadi sebelum imunosupresi sebaiknya diberikan vaksin herpes zoster untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi risiko kambuhnya varicella,” jelas Samsuridjal.
Sementara itu, orang dengan gangguan sistem imun yang berusia di atas 18 tahun berisiko terulang kembali varicella zoster, sehingga penting untuk mendapatkan vaksin herpes zoster juga.
Vaksin Herpes Zoster, Upaya Mencegah Komplikasi Serius
Jerawat dapat menyebabkan rasa sakit di tubuh seperti ribuan tusukan peniti, dan dalam kasus kecil, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi seperti radang otak atau saluran tulang belakang, yang dapat menyebabkan kelumpuhan.
“Kalau berjerawat, rasa sakitnya sangat hebat dan berdampak besar pada kualitas hidup dan mati,” kata Saliman Nasous, Ketua PB PAPDI, bersamaan.
Mengingat risiko dan komplikasi yang ada, vaksinasi sebelum timbulnya penyakit herpes merupakan salah satu tindakan pencegahan.
“Kita perlu mengubah cara berpikir kita, bahwa obat bukanlah segalanya, obat bukanlah segalanya,” kata Sally. “Kenapa kita tidak berpikir kita bisa mencegah makanan, supaya kita bisa mencegahnya dengan vaksin herpes zoster.”
Herpes Zoster atau herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella zoster. Inilah virus penyebab cacar air saat kita masih anak-anak atau remaja. Sekitar 95% populasi dunia telah terpapar virus ini, meski tidak semuanya menunjukkan gejala.
Herpes zoster menyerang ketika sistem imun tubuh sedang lemah. Ketika virus varicella zoster aktif kembali, seseorang mungkin mengalami lepuh di satu sisi tubuh.
Gejala khas pada orang sehat (artinya tidak memiliki penyakit lain) adalah ruam atau bintil atau bintil yang terdapat pada salah satu sisi tubuh, kata dr Nurestu Rusetianti, MD, SpDVE, SubspVen. Dari Persatuan Dokter Kulit Indonesia (Perdowski).
Lepuh atau jerawat berisi air bisa muncul di bagian tubuh mana saja. Bisa di wajah, badan, tangan atau kaki.
Lalu, gejala khas dari jerawat atau acne adalah ulkus membentuk bentuk tertentu di sepanjang saraf.
“Misalnya untuk saraf di leher, elastisnya menyesuaikan dengan saraf,” kata Nurestu.
Setelah ruam, ruam akan muncul setelah beberapa hari, diikuti dengan pengerasan kulit atau krusta.
“Setelah mengering, akan sembuh total atau menimbulkan gejala tambahan,” katanya.
Sebelum menjadi parah, gejala lain mungkin muncul, kata Nurestu. Sensasi seperti demam, tidak nyaman atau tidak menyenangkan di area yang dirawat. Kemudian area munculnya lepuh terasa nyeri.
Ketidaknyamanan tergantung pada saraf mana yang terpengaruh, kata Nurostu.
Jika area mata terserang maka akan timbul rasa tidak nyaman dan nyeri pada area mata. Kemudian ada pula yang merasakan nyeri di sisi kiri atau depan jantung.
“Terkadang membuat Anda bertanya-tanya apakah itu serangan jantung atau bukan,” kata Nurestu.
Seperti yang dikatakan Nurestu, beberapa orang mengalami gejala tambahan jerawat.
Demikian menurut dr Paulus Sugianto dari Kelompok Kerja Neurologi dan Neuro-Monologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Beberapa pasien jerawat terkadang mengalami rasa sakit yang parah setelah virus muncul kembali.
“Bagi beberapa pasien, rasa sakitnya terasa begitu hebat sehingga bisa dibayangkan seperti ribuan tusukan jarum, tapi tidak hilang dalam semalam,” kata Paulus.
Rasa sakit terjadi karena virus menyerang saraf dan sulit dihancurkan atau dibunuh.
“Virus tersebut mengaktifkan serabut saraf nyeri sehingga pasien merasakan nyeri dalam waktu lama,” kata pria yang sehari-hari berpraktik di Surabaya, Jawa Timur itu.
Ia pernah menemui pasien yang mengalami nyeri akibat arthritis selama 6 bulan, 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun.
“Saya pernah mempunyai seorang pasien yang mengalami depresi karena rasa sakitnya,” kata Paul.
Kemudian, Paul membahas tentang komplikasi yang bisa timbul akibat gegar otak. Jika virus menyerang saraf di otak, maka dapat menyebabkan radang otak atau meningitis.
“Gejala setelah ruam biasanya muncul 2 hingga 3 minggu setelah perubahan perilaku,” kata Paul. Lalu sakit kepala hebat, hingga tak sadarkan diri. “Jika tidak ditangani dengan cepat, biasanya akan lebih buruk (bisa berakibat fatal).”
Kemudian, terjadi reaktivitas tulang rawan di saluran tulang belakang sehingga menyebabkan pasien mengalami kelumpuhan pada kaki.
Paul berbicara tentang pentingnya vaksin, dengan mempertimbangkan risiko komplikasi dari vaksin tersebut.
“Kita dapat mengurangi risiko komplikasi yang tidak terduga dan sangat berbahaya serta tidak menyenangkan,” kata Paul.