Miris! Hanya 35 Persen Anak Indonesia yang Sembuh dari Kanker, Apa Penyebabnya?
thedesignweb.co.id, Jakarta – Kanker anak masih menjadi ancaman yang mengerikan di Indonesia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 400.000 kasus baru kanker terjadi pada anak-anak dan remaja setiap tahunnya. Di Indonesia, angkanya mencapai 11 ribu anak yang terdiagnosis kanker setiap tahunnya.
Namun yang paling mengkhawatirkan adalah hanya 20 hingga 35 persen yang berhasil sembuh. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan negara maju yang tingkat kesembuhannya mencapai 70 hingga 80 persen. Bisakah kanker pada anak disembuhkan?
Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan rendahnya angka kesembuhan kanker anak di Indonesia. Salah satu yang terpenting adalah keterlambatan diagnosis. Dokter Anak, Dr. Yaulia Yanrismet menjelaskan, banyak orang tua di Indonesia yang masih terlambat membawa anaknya ke dokter atau rumah sakit.
Ia mengatakan, banyak kasus kanker baru ditemukan ketika sudah berada pada stadium lanjut dan sudah menyebar. Hal ini jelas membuat peluang kesembuhan menjadi jauh lebih rendah. Mitos kanker masa kanak-kanak apa yang menyesatkan?
Salah satu alasan banyak orang tua menunda pemeriksaan anak adalah karena masih banyaknya mitos yang salah mengenai kanker.
Beberapa orang tua percaya bahwa gejala tertentu, seperti demam yang berlangsung selama beberapa hari atau penurunan berat badan yang signifikan, tidaklah serius. Padahal, gejala-gejala tersebut bisa menjadi tanda awal penyakit kanker, terutama leukemia yang merupakan jenis kanker paling umum terjadi pada anak-anak Indonesia.
Selain masalah korupsi, keterbatasan fasilitas kesehatan juga menjadi kendala utama dalam upaya diagnosis dini.
Di banyak daerah di Indonesia, fasilitas layanan kesehatan primer masih kekurangan alat yang memadai untuk mendeteksi kanker pada anak.
Oleh karena itu, anak-anak harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar, yang seringkali memakan banyak waktu dan biaya. Oleh karena itu, diagnosis seringkali tertunda dan pengobatan kanker juga tertunda. Kurangnya pengetahuan dan pendidikan tentang kesehatan
Tidak hanya di kalangan orang tua, kurangnya pengetahuan tentang penyakit kanker juga terjadi di kalangan tenaga medis, terutama di daerah terpencil. Banyak dokter atau perawat di puskesmas yang belum mendapat pelatihan memadai mengenai tanda-tanda awal kanker pada anak, sehingga gejala kanker sering kali terlewatkan.
Jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak Indonesia adalah leukemia (kanker darah), limfoma (kanker kelenjar getah bening), dan tumor otak. Hingga saat ini, penyebab pasti kanker pada anak belum diketahui secara pasti.
Namun beberapa faktor seperti kelainan genetik, paparan radiasi, lingkungan yang tidak sehat, dan pola makan yang buruk diduga dapat menyebabkan kanker.
Deteksi dini menjadi kunci utama untuk meningkatkan peluang kesembuhan anak penderita kanker. Prof. Đajadiman Gatot, pakar kanker anak, menekankan pentingnya skrining dini pada anak yang menunjukkan tanda-tanda kanker.
“Jika kanker terdeteksi sejak dini, peluang kesembuhannya lebih tinggi dibandingkan jika sudah stadium lanjut,” ujarnya.
Kisah inspiratif dari pasien Prof. Djajajadiman yang sembuh dari leukemia. Bahkan ada di antara mereka yang mendatanginya setelah dewasa, mereka memintanya menjadi saksi pernikahan mereka.
“Ini adalah momen yang sangat emosional, melihat mereka tumbuh dan berhasil melawan kanker,” kata Prof. Jajadiman.