Bisnis

Pemerintah Larang Ekspor Konsentrat Tembaga Mulai 1 Januari 2025

thedesignweb.co.id, Kementerian Perindustrian Jakarta terus memperkuat bottom line dan meningkatkan daya saing industri tembaga dan timah nasional. Selain itu, sektor tembaga dan timah juga berperan penting dalam mendukung industri hilir seperti otomotif, elektronik, peralatan listrik, dan energi terbarukan. 

Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang melarang ekspor konsentrat tembaga dan lumpur anoda mulai 1 Januari 2025. Upaya terus dilakukan untuk lebih mendorong hal tersebut “Indonesia mempunyai cadangan tembaga yang besar, sekitar 28 juta ton, menjadikan kita negara tembaga terbesar ketujuh. cadangan di dunia. Di sisi lain, Indonesia juga merupakan produsen timah terbesar di dunia yang menyumbang 14 persen dari total produksi dunia, kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE). Kementerian Perindustrian Setia Diarta dalam pengumumannya di Jakarta, Rabu (30/10/2024).

Menurut Dirjen ILMATE, kekuatan besar tersebut perlu ditingkatkan agar dapat memberikan nilai lebih bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, Direktorat Industri Logam menyelenggarakan Forum Industri Tembaga dan Timah 2024 di Jakarta. Acara ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan industri tembaga dan timah, antara lain perwakilan pemerintah, asosiasi industri, pengusaha, dan akademisi. 

Semoga menjadi wadah diskusi dan kerja sama untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya pertambangan dan timah di Indonesia serta memperkuat sektor hilir untuk bersaing di pasar internasional, kata Setia. Bijih tembaga dan timah

Selain itu, Forum Industri Tembaga dan Timah 2024 merupakan kesempatan bagi para produsen bijih tembaga dan timah untuk bertemu dengan industri konsumen seperti kabel listrik, peralatan listrik, dan industri otomotif.

“Dengan mempertemukan sektor-sektor tersebut diharapkan terjalin kerja sama yang terbaik untuk memperkuat pasokan nasional, serta membuka peluang investasi dan kerja sama,” imbuhnya.

Selain itu, Dirjen ILMATE menyampaikan salah satu tantangan besar industri tembaga dan timah adalah mengurangi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah. Saat ini sebagian besar tembaga Indonesia diekspor dalam bentuk curah tanpa nilai tambah. 

 

Sebaliknya masih diekspor dalam bentuk logam mentah. 

“Perampingan harus fokus terlebih dahulu pada produksi produk yang bernilai lebih tinggi, seperti katoda tembaga, pelat timah, dan produk hilir lainnya. Ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting di pasar internasional juga,” ujarnya.

Dirjen ILMATE juga mengumumkan Kementerian Perindustrian akan mendirikan pusat material tembaga dan timah. Pusat peralatan ini diharapkan dapat menjadi pusat inovasi dan distribusi bahan baku industri tembaga dan timah lokal. 

“Fasilitas ini akan menunjang kelancaran pusat kota, mengurangi ketergantungan bahan impor, dan memperkuat efisiensi rantai pasok untuk mendorong pertumbuhan ekspor produk-produk berkualitas tinggi,” jelas Setia.

 

Selain itu, sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai nihil emisi, Forum Industri Tembaga dan Timah tahun 2024 mengangkat topik penting mengenai prinsip ekonomi sirkular dan penerapan industri hijau di bidang tembaga dan timah.

“Penggunaan bahan mentah, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah merupakan isu utama dalam mencapai industri yang berkelanjutan,” kata Rizki Aditya Vijaya, direktur Metal Industries.

Kementerian Perindustrian mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta yang telah berpartisipasi aktif dalam diskusi konstruktif.

“Kami berharap forum ini dapat mendorong kerja sama nyata antara produsen dan pengguna bijih tembaga dan timah, untuk lebih memanfaatkan bijih lokal, dan konsumen industri. “Mungkin akan lebih banyak persaingan baik di pasar domestik maupun global. ,” jelas Rizki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *