Saham

Meneropong Prospek Reksa Dana 2025, Bisa Cuan Gede?

thedesignweb.co.id, Jakarta – Memasuki masa suku bunga rendah, aset investasi reksa dana menarik dicermati tahun depan. Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menjelaskan, kekuatan untuk terus menurunkan suku bunga di Amerika Serikat (AS) memberikan perasaan yang baik terhadap dana yang sama. Namun di sisi lain, valuasi saham yang kecil juga menawarkan peluang pertumbuhan.

Rudi mengatakan beberapa reksa dana yang paling populer dalam beberapa tahun terakhir antara lain reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, dan hedge fund. “Tapi kalau ada kenaikan harga saham, bisa jadi itu orangnya. Maka reksa dana syariah akan naik terus,” ujarnya kepada thedesignweb.co.id, dikutip Senin (30/12/2024).

Pada tahun 2025, Rudi mengatakan, gagasan utama yang akan mempengaruhi kinerja reksa dana masih berkisar pada kebijakan suku bunga. “Caranya dengan rutin berbelanja dan melakukan diversifikasi,” tambah Rudi.

Chief Investment Officer BNI Asset Management (BNI-AM) Putut Endro Andanawarih menjelaskan, ketika suku bunga tinggi berarti perekonomian sedang terkontraksi sehingga membuat investor cenderung memilih indeks defensif. Sedangkan ketika suku bunga rendah, investor lebih memilih indeks yang kuat karena ada kebebasan ekonomi.

Senada dengan Rudi, Putut mencatat instrumen investasi indeks saham dan reksa dana pendapatan tetap menjadi sangat populer di kalangan investor ritel di Indonesia, terutama pada periode suku bunga rendah. PWC bahkan memperkirakan aset yang dikelola (AUM) reksa dana swasta AS akan terus tumbuh sebesar 44 – 58% hingga tahun 2030.

“Jadi peluang investasi ketika suku bunga turun ada karena baik bagi perekonomian. Reksadana saham juga menarik. Naik turunnya pasar baik bagi investor,” kata Putut.

Per 29 November 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai pengelolaan reksa dana sebesar Rp 479,56 triliun. Angka itu turun 0,99 persen secara year-to-date atau year-to-date (YTD).

Sebelumnya, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) meluncurkan KSEI – Cash Management (K-CASH) pada hari ini, Rabu 18 Desember 2024. K-CASH merupakan aplikasi pengelolaan transaksi reksa dana di pasar uang Indonesia.

Sejalan dengan fungsi aplikasi cash management, K-CASH dapat digunakan oleh investor pasar modal untuk melakukan transaksi reksa dana dengan lebih efisien.

K-CASH dibangun KSEI melawan pesatnya pertumbuhan sektor dana yang didukung oleh para pemasar teknologi finansial (fintech marketer).

“Pengembangan K-CASH merupakan respon KSEI terhadap perkembangan transaksi dana di pasar keuangan yang sangat dinamis, terutama dalam penggunaan platform digital yang kini menjadi pilihan utama investor. “Volume transaksi yang tinggi memerlukan sistem yang mampu menangani gelombang tinggi dengan cepat dan akurat,” ujarnya. Direktur Utama KSEI Samsul Hidayat pada Rabu (18/12/2024).

Data KSEI per November 2024 menunjukkan terdapat lebih dari 10,2 juta investasi reksa dana di Indonesia yang menggunakan rekening melalui lembaga pemasaran fintech. Jumlah tersebut setara dengan 70,35% dari total jumlah investor umum yang mencapai 13,76 juta orang.

Saat ini terdapat 20 perusahaan fintech yang menjual 464 produk reksa dana dan mencatatkan aset kelolaan (AUM) sebesar Rp 30,8 triliun.

Dari sisi frekuensi, pada akhir November 2024, frekuensi pemesanan registrasi oleh lembaga penjualan fintech mencapai 83% atau sekitar 16,4 juta pemesanan.

Redemption order pun mencapai 85% atau sekitar 7,9 juta order. Perkembangan ini menjadi bukti nyata kepercayaan investor reksa dana untuk bertransaksi menggunakan platform digital melalui lembaga pemasaran fintech.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *