Menanti Tuah Santa Claus Rally, Bagaimana Prospek Pasar Saham RI?
thedesignweb.co.id, Jakarta Jelang awal Natal dan akhir tahun, pasar perbelanjaan tengah menantikan acara Santa Claus Rally. Jika saat ini tiba, biasanya koleksi di pasaran akan bertambah. Namun, seperti acara tahunan lainnya, rapat umum Sinterklas tidak diadakan setiap tahun.
Secara historis, IHSG bisa menghijau di bulan Desember karena sentimen baik dari pergerakan Santa Claus. Menurut Tim Analis Bareksa, pada awal Desember 2024 IHSG sangat tidak stabil dan kembali ke harga Agustus 2024 sekitar 7.100.
Hal ini disebabkan oleh banyak faktor global, seperti kemungkinan peningkatan penumpang asal Amerika Serikat (AS) dan harga barang yang diperkirakan akan lebih tinggi pada musim liburan di akhir tahun. Penurunan suku bunga AS pada Desember 2024 diperkirakan akan berdampak pada kebijakan.
“Karena inflasi AS belum mencapai 2%, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan data ketenagakerjaan masih bagus, suku bunga akan semakin turun, hal ini akan menyebabkan masuknya modal asing ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dan kembali ke negara tersebut. Amerika Serikat,” menurut Tim Analis Bareksa, Selasa (3/12/2024).
Pada bulan Oktober 2024, investor asing melakukan transaksi lebih besar dan lebih banyak melakukan transaksi jual dibandingkan transaksi beli di IHSG. Kemudian transaksi berlanjut pada bulan November, pasca kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden yang jumlah transaksinya mencapai 16,5 juta dalam sebulan terakhir pada tanggal 29 November.
Meski penjualan tetap tinggi, investor cenderung wait and see. Hal itu terlihat dari pergerakan IHSG yang menguat antara 7.100-7.300 dalam dua pekan.
“Sebaliknya kalau melihat ICI saat ini sudah hampir 7.000 atau terendah dalam tiga bulan terakhir, tapi masih ada ruang untuk turun ke 1,5%. tingkat dukungan IHSG 6.900 hingga 6.700 dan kemungkinan pelemahan 2,8-5,6%,” kata penelitian tersebut.
Sementara itu, jika IHSG bisa bertahan di level 7.100, biasanya bergerak sideways di minggu pertama bulan Desember, dan mengurangi aksi jual investor asing, maka secara bertahap bisa mari kita pikirkan pasar saham dan kekuatan risikonya.
Menurut Analis Bareksa, bulan Desember bisa menjadi insentif bagi investor untuk mendapatkan keuntungan terbaik dari pasar saham. Sebab, secara historis IHSG hampir selalu membuahkan hasil positif.
Dalam 10 tahun terakhir, IHSG belum pernah mengalami satupun resesi, hingga tahun 2022 karena saat itu Bank Sentral AS dan Indonesia sedang menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi. Di sisi lain, situasi penurunan suku bunga saat ini meningkatkan kesejahteraan dan daya beli masyarakat.
Dalam berbagai periode pertumbuhan ICI, banyak bermunculan indeks saham seperti SRI KEHATI, FTSE Indonesia, dan LQ45. Secara umum, beberapa indeks ini sangat membebani saham-saham utama seperti perbankan, telekomunikasi, dan barang konsumsi.
Soal apakah reli Sinterklas bisa terjadi di akhir tahun ini, menurut Tim Peneliti Bareksa, bergantung pada banyak faktor. Seperti penurunan suku bunga Amerika Serikat pada Desember 2024, tingkat mata uang asing, serta tingkat perekonomian Indonesia.
Selain itu, investor dengan selera risiko yang kuat dapat berinvestasi dalam jumlah besar pada reksa dana yang memiliki kinerja baik dan cadangan dividen yang baik serta tujuan permanen.