Saham

Kredit BNPL Capai Rp 35,14 Triliun per November 2024

thedesignweb.co.id, Jakarta Layanan bayar setelah pembelian (BNPL) sedang diminati. CEO PEFINDO Credit Bureau (IdScore) Tan Glant Saputrahadi mengatakan situasi ini menunjukkan perilaku konsumen masyarakat masih tinggi.

BNPL diperkirakan tumbuh sebesar 30% pada Desember 2025, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan portofolio pinjaman nasional.

Berdasarkan data yang dihimpun PEFINDO Biro Kredit (IdScore), hingga November 2024, pertumbuhan dana BNPL tercatat sebesar 24,53% year-on-year (y/y), total nilai portofolio pinjaman mencapai Rp35,14 triliun. Kamis (16/1/2025) melalui Media Glant, kata dalam pertemuan tersebut.

Meski penetrasi BNPL masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Jabadetabek, namun pangsanya sudah mencapai 31,71%, namun potensi pertumbuhan di wilayah lain masih sangat besar. Di sisi konsumen, generasi muda (Gen Z dan Millenial) masih mendominasi sebagai peminjam BNPL. Secara khusus, generasi milenial dengan rentang kelahiran 1981-1996 mendominasi sebesar 48,27 persen. Kemudian Gen-Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 tercatat sebesar 39,94 persen. Sisanya adalah Generasi X yang lahir pada tahun 1965-1980 sebesar 11,35 persen.

“Penggunaan dana BNPL beragam, transaksi e-commerce sebesar 33%, tiket (termasuk ongkos) 21,1%, dan pembayaran lainnya melalui QRIS 41,9%,” kata Glant.

Di sisi lain, tren Non-Performing Loan (NPL) atau pinjaman yang beredar di BNPL terus menurun secara signifikan. Dari puncaknya sebesar 6,66% pada September 2023, NPL BNPL berada di level 3,21% pada November 2024.

Penurunan signifikan ini didorong oleh kualitas portofolio pinjaman dan perolehan pinjaman, khususnya di sektor fintech, dan peningkatan jumlah bank Buku IV yang memasuki industri ini.

 

Beberapa faktor utama yang mempengaruhi portofolio pinjaman BNPL meliputi BI rate, inflasi, indeks konsumsi rumah tangga dan NPL. “Dengan pengelolaan yang baik terhadap hal-hal tersebut, diharapkan pertumbuhan industri BNPL dapat terus berlanjut dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional,” kata Glant.

IdScore mencatat penyaluran BNPL dari perbankan digital mencapai 11,66 triliun rupiah, meningkat 8,24 persen. Dari bank umum Rp8,48 triliun atau meningkat 67,24%, dari LPBBTI meningkat 13,78% menjadi Rp7,35 triliun. Kemudian dari perusahaan pembiayaan 4. Rp7,08T atau naik 36,17%.

 

 

Jumlah pengguna fasilitas BNPL meningkat signifikan hingga mencapai 48,4 juta pada Oktober 2024. Ini mewakili peningkatan sebesar 28,64%, yang merupakan kartu kredit tercanggih. Sedangkan jumlah pengguna kartu kredit hanya mencapai 13,9 juta pada periode yang sama, meningkat relatif kecil yaitu 3,22%.

BNPL berkembang lebih cepat dibandingkan kartu kredit karena fleksibilitas dan kemudahan penggunaannya. Promosi menarik seperti diskon atau cashback ditawarkan. Persetujuan sederhana (persetujuan cepat) untuk proses aplikasi yang kompleks, seperti kartu kredit.

Pertimbangkan juga desain UI/UX yang lebih cocok dengan gaya hidup anak muda. Selain itu, integrasi dengan pengecer online atau e-commerce membuat transaksi menjadi lebih mudah. Fasilitas BNPL menjadi pilihan utama konsumen khususnya generasi muda karena kemudahan dan fleksibilitas yang diberikan. Hal ini menjadikan BNPL menjadi pesaing kuat kartu kredit dalam menawarkan layanan kredit digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *