Sahroni DPR Minta Pelaku Pengeroyokan Bocah di Boyolali Ditangkap Semuanya
thedesignweb.co.id, Jakarta Ada kasus kekerasan remaja di Kabupaten Boyolali, Kabupaten Wonosegoro, Jawa Tengah, dimana seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dipukuli oleh beberapa orang.
Terkait hal tersebut, Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmed Sahroni meminta polisi segera menangkap pelakunya.
Saya mohon kepada Kapolres Boyolali untuk segera mengambil tindakan. Pelaku yang terlibat harus segera ditangkap. Katanya dalam keterangannya, Rabu (12/11/2024) “Singkirkan semua pihak yang memiliki pasal terkait kekerasan dan penganiayaan, ada. tidak perlu mediasi.”
Politisi NasDem ini menilai, pelaku seharusnya mendapat hukuman maksimal atas tindakan yang dianggap keji terhadap bocah berusia 12 tahun.
Selain itu, selain mengadili pelakunya, saya meminta kepolisian memastikan anak tersebut mendapat perawatan penyembuhan luka yang maksimal, kata Sahroni.
Ia juga mengingatkan warga untuk tidak main hakim sendiri jika terjadi kejadian. Sahroni mengingatkan, tindakan tersebut merupakan tindakan kekerasan.
“Tolong bantu ubah kebiasaan main hakim sendiri, cerdas dan biasakan percaya pada polisi. Karena kalau main hakim sendiri, kalau terjadi kekerasan dan penganiayaan, penjahat juga bisa jadi tersangka,” kata.
“Khususnya kasus Boiolali, sepertinya tidak ada ampun. “Padahal anak kecil dan orang tuanya sudah meminta maaf,” lanjutnya.
Sahroni pun ingin polisi bertindak tegas terhadap pelaku kasus tersebut.
“Tangkap mereka semua agar negara ini menjadi pelajaran dalam supremasi hukum.” “Anda tidak bisa menilai berdasarkan kebijaksanaan Anda sendiri,” tutupnya.
Sebelumnya dikutip Merdeka.com, kasus kekerasan terhadap anak di bawah umur baru-baru ini terjadi di Kecamatan Wonosekoro, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Ironisnya, penganiayaan yang dilakukan oleh banyak orang menyebabkan seorang anak laki-laki berusia 12 tahun mengalami luka serius. Mereka bahkan mencabut kuku kaki anak tersebut.
Fahruddin, salah satu kerabat korban, mengatakan, pada Senin (18/11/2024) malam terjadi aksi beberapa warga di salah satu rumah pelaku, sesuai keterangan ayah korban.
Peristiwanya terjadi pada 18 November. Pada Minggu pagi, RT menelepon ayah korban yang pindah ke Jakarta untuk pulang karena anaknya diduga mencuri celana dalam warga, kata Fahruddin kepada wartawan, Senin. (09/12/2024).
Ayah korban langsung pulang. Sesampainya di rumah, korban dipanggil oleh ayahnya ke rumah Ketua RD yang menghubunginya. Ayah korban ingin mengklarifikasi kabar tersebut. Jika benar, ayah korban akan meminta maaf.
“Setelah Ketua RT sampai di rumah, korban dan ayahnya dibawa ke rumah seorang pejabat setempat. Di rumah itu korban diinterogasi.
“Mungkin karena tekanan atau semacamnya, korban mengaku melakukan perampokan,” ujarnya.
Tak lama kemudian, sejumlah warga menghina korban. Tak hanya warga, Ketua RD juga diduga ikut terlibat dalam malpraktik tersebut.
“Yang pertama dipukul adalah Ketua RT. Istrinya juga memukul karena katanya celana dalamnya hilang,” kata Fahruddin.
Fahruddin melanjutkan, setelah melihat anaknya dianiaya, ayah korban ingin melindunginya. Namun banyak warga yang mencegahnya. Berdasarkan keterangan ayah korban, lanjut Fahruddin, ada sekitar 15 orang yang ikut dalam penganiayaan tersebut.
“Korban juga ada yang mencabut sebagian kuku kakinya dengan tang,” jelasnya.
Setelah mengalami penganiayaan, korban dibawa pulang. Keesokan harinya, korban dilarikan ke Rumah Sakit Chisma Medica (Karangade) karena mengalami luka serius. Namun korban harus dilarikan ke RSUD Waras Wiris Andong.
Hasil CT scan kepala korban, hidung patah, pembuluh darah tersumbat di kepala belakang. Lalu ada luka lebam di dahi dan mata hitam. Korban kemudian dipindahkan ke RSUD dr Moredi Hanya untuk perawatan medis,” kata Fahruddin.