Dubes Muliaman Hadad Ingin Swiss Jadi Pintu Masuk Produk RI ke Eropa
thedesignweb.co.id, Batavia – Muliaman Hadad, Duta Besar Republik Indonesia untuk Konfederasi Swiss Terus dukung para pebisnis nasional Eropa untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar. Swiss juga dipandang sebagai pintu masuk yang nyaman.
Hal ini diduga karena letak geografis Swiss di Eropa Tengah. Swiss juga bisa menjadi alternatif UE. Mereka berselisih dengan Indonesia mengenai ekspor kelapa sawit, nikel, dan minyak. Swiss, yang netral, bukan bagian dari Uni Eropa.
Dubes Muliaman juga bertemu dengan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki untuk membahas produk-produk UKM (usaha kecil dan menengah) yang berpotensi menembus pasar Eropa.
“Kita harus menggunakan Swiss karena aksesnya terbuka. Sekarang kita masih harus bernegosiasi dengan UE, yang masih sulit karena Swiss sudah terbuka. Dan Swiss itu letaknya di Eropa Tengah, jadi kalau Swiss masuk bisa terbuka ke negara lain, pasar Eropa. Ini saya kira UKM jadi keunggulan kita,” kata Muliaman usai pertemuan di Jakarta, Senin (13/1). /2020)
Muliaman mengatakan produk lokal yang banyak berpotensi masuk ke pasar Swiss antara lain makanan laut, kayu, dan tanaman hortikultura seperti kopi, kakao, dan herbal KBRI Bern Swiss Adanya kantor yang memfasilitasi persyaratan dan sertifikasi. Hingga saat ini, persyaratan tersebut masih menjadi kendala bagi produk Indonesia untuk masuk ke Eropa.
“Karena menjual ke Eropa itu ribet,” kata Muliaman.
Menko Teten mengatakan mereka akan bekerja sama dengan Duta Besar Indonesia untuk Swiss. dan membentuk tim untuk memfasilitasi urusan nasional di bidang urusan masyarakat. Ia juga mengatakan, hal ini akan meningkatkan partisipasi UKM dalam ekspor Indonesia hingga 30 persen.
“Presiden meminta kita pada tahun 2024, ekspor UMKM mulai sekarang meningkat dua kali lipat. Saat ini 14 setengah persen,” kata Teten.
“Kita bisa menjadikan Swiss sebagai pintu gerbang ke pasar Eropa. Kerja sama teknis terus kami diskusikan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kapasitas usaha UMKM,” tutupnya.
Minggu lalu Presiden Joko Widodo atau Jokowi membuka pertemuan antara perwakilan Republik Indonesia dan Kementerian Luar Negeri. Pada pertemuan pembukaan Jokowi meminta 70-80 persen tugas duta besar difokuskan pada diplomasi ekonomi.
“Saya kira bapak dan ibu mengetahui hal ini. Tapi saya ingin kita semua fokus pada diploma ekonomi. Saya ingin 70-80 persen dari apa yang mereka fokuskan. Diploma Ekonomi Karena itu yang dibutuhkan negara saat ini,” ujarnya, membuka rapat kerja di Istana Negara. Pada hari Kamis, 9 Januari 2019
Jokowi meminta para delegasi mengetahui apa itu uang dan kerja baik. Mulai dari produk impor maupun produk substitusi. Dia mencontohkan, saat ini 85 persen masyarakat Indonesia mengimpor petrokimia.
Jokowi berharap bisa mendatangkan duta besar untuk berinvestasi menggantikan barang impor. Tidak hanya itu Sebagai pelaku industri, Jokowi berharap tidak perlu lagi melakukan impor migas.
“Penting untuk bertindak sebagai investasi yang representatif pada para duta besar ini. Pertama, mendapatkan duta besar untuk berinvestasi. Mereka perlu tahu di mana berinvestasi atau memprioritaskan,” kata Jokowi.
Ia kemudian mencontohkan batu bara kepada Jokowi, katanya, mungkin duta besar punya uang untuk itu. Karena batu bara bisa diubah menjadi LPG.
“LPG kita impor, semuanya kita impor. Oleh karena itu, investasi terkait LPG sangat penting agar kita tidak mengimpor LPG lagi.”