Laba PTPP Tumbuh 52,46% di Semester I 2024
thedesignweb.co.id, Jakarta PT PP (Persero) Tbk (PTPP) mengumumkan kinerja semester I tahun ini yang berakhir pada 30 Juni 2024. Pada periode tersebut, perseroan menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang positif.
Dalam rilis laporan keuangan perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (30/07/2024), perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan perseroan pada semester I 2024 sebesar 9,28 persen menjadi 8,79 triliun dolar. Semester pertama tahun lalu, perseroan meraup pendapatan Rp 8,05 triliun.
Dengan meningkatnya pendapatan operasional, beban pokok pendapatan meningkat menjadi Rp7,75 triliun pada 1H2024 dibandingkan Rp6,9 triliun pada 1H2023. Akibatnya, laba kotor turun menjadi Rp 1,04 triliun pada semester I 2024 dibandingkan Rp 1,04 triliun pada semester I 2023.
Pada paruh pertama tahun 2024, perusahaan mencatat beban operasional sebesar $384,04 miliar, biaya penurunan nilai sebesar $98,5 miliar, dan beban keuangan sebesar $666,59 miliar. Sementara perseroan membukukan laba konsolidasi sebesar Rp485,44 miliar dan laba joint venture sebesar Rp37,85 miliar. Setelah itu, perseroan membukukan pendapatan lain-lain sebesar $88,73 miliar, beban lain-lain sebesar $182,26 miliar, dan beban pajak final sebesar $241,96 miliar.
Setelah mempertimbangkan beban pajak, perseroan membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar 50,97 miliar dolar, turun 59,11 persen dibandingkan semester I 2023 sebesar 124,67 miliar dolar.
Namun, perseroan mampu menghasilkan laba saat ini sebesar Rp 147 miliar yang bisa dinikmati pemilik induk perusahaan pada semester I 2024. Naik 52 persen, laba tersebut 46 persen dibandingkan laba semester I. tahun lalu. Rp96,42 miliar.
Aset perseroan meningkat menjadi Rp57,78 triliun pada Juni 2024 dibandingkan posisi akhir tahun sebesar 56,53 triliun. Utang meningkat dari 41,38 triliun pada akhir tahun lalu menjadi 42,52 triliun. Sedangkan ekuitas meningkat menjadi Rp15,26 triliun per 30 Juni 2024 dibandingkan posisi akhir tahun sebesar 15,14 triliun.
Sebelumnya, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) berencana melepas aset atau jalan tol senilai Rp 3 triliun pada tahun 2024.
Saat ini, Sekretaris Jenderal PT PP, SVP Joko Raharjo mengatakan, perseroan setidaknya sudah menerima tiga nama sebagai calon investor. Sayangnya, Joko belum bisa membeberkan detail investornya.
“Calon investornya sudah ada beberapa. Nanti kita sampaikan. Sekarang ada 2-3 investor lagi yang masuk,” kata pria bernama Jojo di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (11/7/2024). Selain calon investor, Jojo belum bisa memastikan proyek mana saja yang diminati investor. Umumnya perusahaan menerbitkan aset di berbagai sektor seperti energi, infrastruktur, jalan raya, dan real estate. PHK ini merupakan bagian dari strategi restrukturisasi keuangan perseroan untuk mengurangi utang.
Selain itu, perseroan juga berencana melepas jalan tol Semarang-Demak dan Depok Antasari yang ditargetkan selesai tahun ini.
Semarang – Demak yang akan diberikan kepada investor adalah Unit Usaha Jalan Tol (BUJT) Seksi 2 Sayung-Demak sepanjang 16,31 km PT. Pembangunan Perumahan Semarang Demak (PPSD).
Selain itu, perseroan juga akan menjual sahamnya di ruas Antasari-Depok. PTPP akan melepas sebagian kepemilikannya di ruas jalan Semarang-Demak pada tahun 2024.
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau PTPP menawarkan kontribusi masyarakat (PMN) senilai 1,56 triliun. Dana ini digunakan untuk melaksanakan proyek.
Direktur Utama PTPP Novel Arsyad mengatakan suntikan dana pemerintah akan memperbaiki sistem keuangan dua proyek strategis tersebut. Di antaranya kawasan industri Grand Rebana, Subang, dan jalur kereta api Yogyakarta-Bawen.
“Dalam hal ini yang menjadi dasar usulan kami adalah terkait besaran investasi untuk meningkatkan efisiensi perusahaan,” kata Novel dalam rapat dengar pendapat Komisi VI DPR RI, Selasa (09/07/2024).
1.000.000 Ariary untuk pembangunan Kawasan Industri Grand Reban tahap pertama. Sisanya sebesar Rp 563 miliar akan digunakan untuk proyek kereta api Jogja-Bawen.
Roman mengakui penggalangan dana masyarakat merupakan proses yang sulit bagi BUMN Karya saat ini. Oleh karena itu, solusinya perlu suntikan modal publik.
“Kalau dari penggalangan dana di sini kemarin, kenapa PSN harus PMN, karena selain penggalangan dana, tidak mudah, pekerjaan koordinator pembangunan Reban juga terkait dengan itu,” ujarnya.
Ia mengatakan, proyek Grand Rebana saat ini sedang dalam master plan. Kalau target pengerjaannya tahun 2025, maka tahun depan.
Pada saat yang sama, PTPP mempunyai kewajiban untuk berinvestasi pada proyek kereta api Jogja-Bawen. Ini merupakan proyek yang sedang dikerjakan oleh beberapa BUMN Karya.
“Kami memiliki 13,16 persen saham di Judul II, yang diperkirakan memenuhi total kebutuhan investasi sebesar $563 miliar,” tutupnya.