Saham

47 Tahun Pasar Modal Kembali Aktif, Apa Kabar Transaksi Karbon?

thedesignweb.co.id, Jakarta Perdagangan karbon di Indonesia masih kecil sejak dimulai pada September tahun lalu. Hampir setahun transaksi perdagangan karbon tercatat sebesar 37,03 miliar hingga 9 Agustus 2024.

Direktur Jenderal Pasar Modal, Pengawasan Derivatif Keuangan dan Pertukaran Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan keberhasilan tersebut masih kecil. Namun secara umum, pengembangan pertukaran karbon memerlukan waktu untuk melaporkan transaksi dalam jumlah besar.

“Meski kelihatannya kecil dan hanya beberapa miliar, tapi kalau melihat kemajuan pertukaran karbon di dunia, memang butuh waktu. Malaysia sendiri butuh waktu 2 tahun untuk melakukan transaksi. Sementara itu, kami berhasil mendapatkan transaksi tersebut. ,” kata Inarno, seperti dikutip, Rabu (14/8/2024).

Hingga 9 Agustus 2024, total volume penjualan setara CO2 telah tercapai. Sementara volume transaksi tercatat sebanyak 93 kali dengan total nilai Rp 37,03 miliar. Saat ini pengguna jasa terdaftar di sekitar 71 perusahaan, dan total jejak karbonnya setara 1.777.000 ton CO2.

“Harga penutupan saat pembukaan Rp70.000, sekarang Rp58.800, ada penurunan sekitar 24 persen. Ini operasi berbasis nilai dan juga terdaftar di carbon exchange ada tiga, dari sebelumnya hanya dua,” jelas Inarno.

Sertifikat Penurunan Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) yang saat ini tercatat di bursa karbon antara lain proyek Lahendong Unit 5 dan Unit 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Kemudian dibangun pembangkit listrik tenaga gas baru yaitu PLTGU Buni Blok 3 PIB Muara Karang, dan yang terbaru adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) Gunung Wugul.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan total volume perdagangan Bursa Karbon (IDX Carbon) mencapai Rp 37,04 miliar pada akhir Juli 2024.

Informasi tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Pengawasan Pasar Modal OJK Inarno Djajadi di hadapan Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK di Jakarta, Senin.

Rincian Transaksi Carbon Exchange Menurut Inarn Djajadi, rincian transaksinya antara lain: Pasar Reguler: 26,73% Pasar Bursa: 23,19% Pasar Lelang: 49,89% Pasar: 0,18%

Sejak diluncurkan pada 26 September 2023, Carbon Exchange telah melayani 70 pengguna jasa dengan total 613.541 ton CO2 setara (tCO2e).

Pertumbuhan Besar Pertukaran Karbon Inarno juga mengatakan, potensi pertukaran karbon di masa depan masih sangat tinggi. Hal ini didukung oleh 3.864 pendaftar yang terdaftar dalam Program Registrasi Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan tingginya kapasitas delivery carbon unit.

Inarno menegaskan, pihaknya tidak setuju dengan anggapan Carbon Exchange tidak ada transaksinya. ‘Siapa bilang silent (transaksi)? Tidak,’ kata Inarno, katanya, dikutip Antara, Selasa (5/8). ) /2024).

 

OJK bermaksud untuk terus mendorong perkembangan pertukaran karbon di Indonesia melalui berbagai program edukasi, workshop dan focus group Discussion (FGD). “OJK terus mendorong pengembangan Carbon Exchange melalui program edukasi, seminar dan FGD, baik melalui inisiatif sendiri maupun undangan dari pihak-pihak yang berkepentingan,” kata Inarno.

Direktur Bisnis dan Hukum Sistem Pertukaran Karbon PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Irvan Susandy menegaskan Carbon Exchange siap memfasilitasi transaksi, baik domestik maupun internasional. Bahkan, BEI Carbon siap melakukan transaksi lokal dan internasional. Prosedurnya sama seperti pelaku perjalanan yang berbisnis di Carbon Exchange, kata Irvan.

Kesimpulan Dengan besarnya peluang dan dukungan penuh OJK, Carbon Exchange diharapkan terus berkembang dan berperan penting dalam perdagangan karbon di Indonesia. OJK akan terus melakukan berbagai upaya untuk mendukung pertumbuhan pasar ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *