Program Pembangunan RS di Daerah Terpencil, IDI: Pertimbangkan Ambulans Air dan Rumah Sakit Terapung
thedesignweb.co.id, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khomedi menanggapi salah satu program di bidang kesehatan Presiden Prabowo Subianto, yakni membangun rumah sakit di daerah terpencil.
Menurut dia, kebutuhan pembangunan RS di daerah 3T (belakang, luar, perbatasan) perlu mempertimbangkan karakteristik daerah masing-masing. Misalnya, masyarakat pulau memerlukan ambulans air dan rumah sakit terapung.
Penulis mengatakan, Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dengan iklim yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sistem infrastruktur memerlukan karakteristik tersendiri.
“Saya ambil contoh daerah kepulauan, jadi yang terpenting jangan hanya bicara fasilitas rumah sakit saja. Yang harus diciptakan adalah fasilitas transportasinya. kata Adib pada upacara peringatan IDI di Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2024).
“Ini sebagai upaya untuk mempermudah akses terhadap pelayanan publik. Jadi kita bicara tentang rumah sakit, berkontribusi kepada pemerintah dalam hal ini, tidak hanya berbicara tentang infrastruktur tetapi juga berbicara tentang proses penggelaran sumber daya, obat-obatan, dan obat-obatan,” kata Adib. .
Selain itu, penulis berpendapat bahwa alih-alih berbicara tentang kemajuan rumah sakit, tentang akses dan kesetaraan.
Artinya, setiap orang berhak mendapatkan kemudahan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Saya kira kita bicara akses, kita bicara kesetaraan, semua rakyat berhak mendapat pelayanan kesehatan karena itu ada dalam UUD 1945, kata Adib.
Untuk memastikan bangunan rumah sakit memenuhi standar, diperlukan peta yang jelas.
“Kita harus punya peta, peta pelayanan kesehatan. Misalnya dari segi infrastruktur harus mencakup peralatan, sumber daya manusia dan sebagainya,” kata Adeeb.
Adib menambahkan, Kementerian Kesehatan harus mengumpulkan informasi tersebut dan bekerja sama dengan pemerintah daerah.
“Kementerian Kesehatan harus mendapatkan (peta), kalaupun tidak, kita harus bekerja sama mengumpulkan informasi sebagai bagian dari upaya kita, sehingga kita bisa mengembangkan apa yang dibutuhkan di daerah tersebut,” ujarnya.
Hingga saat ini, belum ada hubungan antara Kementerian Kesehatan dan IDI terkait pembangunan rumah sakit di pedesaan.
“Belum ada (koordinasi) saat ini karena kita hanya ditugaskan saja ya.”
Kesempatan ini penulis berikan pada Hari Dokter Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 Oktober. Hari ini adalah hari ulang tahun Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang ke 74 tahun.
Menurut Adib Khamidi, perayaan ini lebih istimewa karena hampir bersamaan dengan dimulainya pemerintahan baru.
Perayaan kali ini ada efeknya ya, istimewa karena ini awal mula pemerintahan baru, kata Adib usai perayaan HUT IDI di Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2024).
Dalam perayaan Hari Dokter Nasional yang memperingati 74 tahun berdirinya IDI, Adeeb menyampaikan niatnya untuk memperkuat tekad IDI dan seluruh anggotanya, dengan menyatakan siap menjadi mitra pemerintah.
“Kami siap menjadi mitra pemerintah dalam memantau dan bekerja sama dengan pemerintah dalam program kesehatan, khususnya di pemerintahan baru ini,” kata Adib.
“Kami juga siap membantu terkait dengan rencana kesehatan yang akan dicanangkan oleh Presiden, Pak Prabowo, dan Wakil Presiden, terkait gizi, dan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Dia selesai, tambahnya.
Terkait program screening gratis, Adib mengatakan pihaknya sudah berdiskusi dengan rekan-rekan di berbagai daerah, termasuk Jepang. Menurutnya, hal serupa sudah dilakukan di banyak negara.