Bisnis

Pertamina International Shipping Bidik jadi Pemimpin Global Logistik Maritim di 2034

thedesignweb.co.id, Jakarta PT Pertamina International Shipping (PIS) mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan logistik maritim internasional dengan mengikuti forum Gastech 2024 di Houston, Amerika Serikat.

CEO Pertamina International Shipping Yoki Firnandi menyoroti ekspansi dan inovasi PIS sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk menjadi pemimpin global di bidang logistik maritim pada tahun 2034.

“Sebagai perusahaan logistik kelautan terintegrasi terbesar di Indonesia, PIS terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang terus meningkat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/9/2024).

Pada forum Gastech 2024, PIS bergabung dengan 800 perusahaan terkemuka di bidang energi dan perusahaan pelayaran terkemuka dunia. Diantaranya adalah Shell, ExkonMobil, Chevron, HD Hyundai Oilbank dan Aramco.

Dalam kesempatan pertamanya di Gastech Forum, PIS berpartisipasi dalam diskusi mengenai transisi energi dan industri logistik maritim dalam konteks pasar global yang terus berkembang. Hal ini mencakup komitmen untuk meningkatkan kontribusi bisnis ramah lingkungan secara keseluruhan, peran PIS dalam mendukung target emisi nol bersih, dan analisis pasar energi bersih di masa depan.

Selain itu, perseroan juga mengumumkan rencana korporasi untuk memanfaatkan potensi besar pasar gas alam cair (LNG) global, khususnya pasar Asia.

Pada forum Gastech 2024, Christopher Hudson, presiden DMG Events Energi, menyatakan pentingnya peserta sektor energi duduk bersama dan mencari solusi terhadap tantangan yang dihadapi industri energi.

“Saat kita bersatu, kami merasakan urgensi transisi energi dan kebutuhan untuk mempercepat dekarbonisasi sekaligus memastikan keamanan energi di dunia yang berubah dengan cepat,” kata Hudson.

 

Sebelumnya, PT Pertamina International Shipping (PIS) terus menyiapkan banyak program di bidang transportasi karbon. Khususnya pada pabrik penangkapan dan penyimpanan karbon/pemanfaatan dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS).

Bersama mitra strategis perusahaan pelayaran Jepang Nippon Yusen Kaisha Group (NIK), PIS memulai persiapan pembangunan armada dan dukungan infrastruktur bisnis CCS/CCUS pada forum Gastech 2024 di Texas, AS.

Direktur Eksekutif PIS Ioki Fernandi mengatakan pihaknya saat ini sedang mempersiapkan taman dan terminal yang diperlukan untuk pekerjaan CCS/CCUS.

“Mau tidak mau, kita harus cepat mengantisipasi kebutuhan CCS di masa depan.” Pada saat yang sama, kita harus berinvestasi untuk memenuhi kebutuhan energi saat ini dan masa depan. Contohnya adalah kerjasama kami dengan NIK dalam pengembangan transportasi CCS. di Indonesia,” kata Yoki dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/9/2024).

Salah satu yang dipersiapkan PIS bekerja sama dengan NIK adalah investasi pada kapal pengangkut dan terminal penerima LCO2 (Liquid Carbon Dioxide). Keduanya merupakan infrastruktur dasar yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis CCS/CCUS.

Menurut Ioki, penerapan cepat konversi ramah lingkungan ini dilakukan oleh Pertamina International Shipping. Misalnya saja melakukan peremajaan armada dengan kapal yang lebih ramah lingkungan dan menggunakan bahan bakar alternatif seperti dualfuel dan biodiesel.

Tidak berhenti sampai disitu saja, banyak inisiatif ke depan juga telah diluncurkan. PIS berencana untuk memodernisasi armadanya dengan fitur-fitur yang lebih hemat energi, memperluas penggunaan bahan bakar alternatif dan terus berinvestasi dalam kesiapan untuk menjadi bagian dari rangkaian bisnis CCS/CCUS.

 

 

Berdasarkan diskusi dengan NIK di CCS, khususnya transportasi, itu tidak mudah, lebih rumit. Tapi apa yang kami lakukan dengan NIK akan menyelesaikan semua masalah, katanya.

“Pada saat yang sama, langkah ini memberikan keyakinan kepada pemerintah, pelaku industri, dan penghasil emisi bahwa kami siap menjadi bagian dari rantai nilai yang melayani kebutuhan transportasi CCS, khususnya dalam pengangkutan karbon dalam negara dan wilayah,” ujarnya. .

Sementara itu, Anders Lepsoe, Managing Director NIK Group Eropa dan Norwegia, mengatakan lokasi penangkapan dan penyimpanan karbon di Indonesia memiliki potensi besar.

“Terutama jika Anda melihat jumlah CO2 yang dapat terakumulasi seiring berjalannya waktu, memastikan kelancaran transisi, serta transisi ramah lingkungan untuk masyarakat yang lebih baik,” kata Anders.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *