Global

ESA Temukan Wajah Tersenyum di Permukaan Mars

Liputan6.com, Jakarta – Badan Antariksa Eropa (ESA) telah menemukan struktur wajah tersenyum di permukaan Mars. Mereka meyakini pola ini menandakan adanya kehidupan di sana.

Struktur ini berhasil ditangkap dengan kamera ExoMars Trace Gas Orbiter (TGO) milik ESA. Endapan tersebut umumnya tidak dapat dibedakan dengan permukaan Mars.

Namun jika dilihat dengan kamera infra merah seperti yang ada di ExoMars Orbiter, garam tersebut akan tampak berwarna merah muda atau ungu. Mereka menjelaskan, endapan tersebut merupakan sisa-sisa danau yang mengering miliaran tahun lalu dan menunjukkan bahwa kawasan tersebut layak huni.

Dikutip dari situs resmi ESA, Senin (16/9/2024), struktur berwarna ungu ini membentuk wajah tersenyum. Wajah tersenyum terbentuk dari cincin endapan garam klorida kuno dengan sepasang mata kawah meteorit.

Peneliti ESA memperkirakan pola ini terbentuk dari endapan garam klorin di sekitar kawah. Secara keseluruhan, tim mengidentifikasi 965 endapan berbeda yang tersebar di seluruh permukaan Mars, dengan ukuran berkisar antara 300 hingga 3000 meter.

Belum jelas seberapa besar struktur wajah smiley tersebut. Ilmuwan ESA mengatakan, keberadaan endapan garam akibat kelarutan dalam air merupakan tanda bahwa planet Mars pernah memiliki air di masa lalu.

Endapan garam mungkin terbentuk dari genangan air atau air asin dangkal yang menguap dari matahari.

 

Dikutip dari laman Space, Senin (16/9/2024), sang astronom meyakini Mars pernah menjadi planet air, dengan danau, sungai, dan laut dangkal yang mirip dengan Bumi. Namun, sekitar 2 miliar hingga 3 miliar tahun lalu, air mengering akibat perubahan iklim ekstrem.

Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh hilangnya medan magnet Mars, yang menyebabkan angin matahari mengikis sebagian atmosfer Mars dan menyebabkan sebagian besar air membeku atau menguap ke luar angkasa. Endapan garam tertinggal ketika air menghilang dari danau Mars.

Di beberapa tempat, sisa garam adalah satu-satunya bukti adanya air. Ketika danau-danau di Mars mulai menyusut dan menghilang, air yang tersisa menjadi sangat asin.

Fenomena ini memungkinkan danau-danau di Mars tetap cair meski suhu mencapai minus 40 derajat Celcius. Kolam air asin terakhir ini mungkin merupakan tempat perlindungan bagi mikroba ekstremofil yang selamat dari transformasi Mars, menyebabkan sisa-sisa mereka tenggelam ke dalam sedimen ketika air akhirnya mengering.

Jika benar, garam bisa bertindak sebagai pengawet, berpotensi memberikan bukti adanya bentuk kehidupan punah yang bertahan selama miliaran tahun. Penemuan ini juga menunjukkan bahwa Mars memiliki lebih banyak air daripada perkiraan sebelumnya.

Sebelumnya, para astronom mengumumkan penemuan 15.000 ton air es di puncak gunung berapi tertinggi di Mars pada Juni 2024. Pada Agustus 2024, para ilmuwan kembali mengungkap keberadaan lautan luas yang tersembunyi di bawah permukaan Planet Merah.

(Tiffany)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *