NASA Pecahkan Medan Listrik Supersonik yang Dapat Mencari Planet Layak Huni
thedesignweb.co.id, Jakarta – Para ilmuwan telah menemukan badai negatif sejak tahun 1960-an. Pasalnya, setiap pesawat yang terbang di atas sudut bumi akan menghalangi aliran atmosfer bumi ke luar angkasa.
Menariknya, benda-benda tersebut tidak terdeteksi sebagai panas dari medan magnet bumi atau corona Matahari, melainkan bergerak lebih cepat dari suara. Teori di balik kehidupan medan listrik aneh ini masih menjadi misteri dan perdebatan di kalangan ilmuwan.
Baru-baru ini Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA) berhasil menyebarkan radiasi aneh ke seluruh dunia. Situs NASA mengumumkan Kamis (9/5/2024) bahwa titik panas ini pertama kali ditemukan berkat pengamatan roket Endurance NASA.
Dengan observasi tersebut, para ilmuwan di seluruh dunia telah mampu mengukur listrik yang diyakini menjadi faktor penting keberadaan gravitasi dan magnet. NASA pun meyakini radiasi inilah yang menyebabkan badai mengirimkan benda ke luar angkasa dengan kecepatan tinggi.
Kecepatan supersonik lebih cepat dari kecepatan suara. Kecepatan suara di udara kering pada suhu 20°C di permukaan laut adalah sekitar 343,2 m/s (1.126 ft/s; 768 mph; 667.1 kn; 1.236 km/h).
Dalam jurnal Nature terbitan 28 Agustus 2024, fenomena ini disebut medan listrik ambipolar. Medan listrik ambipolar didefinisikan sebagai medan listrik lemah yang mencakup seluruh dunia dan pertama kali dipikirkan 60 tahun yang lalu.
Medan listrik ambipolar diperkirakan menjadi pendorong utama material yang mengalir ke luar angkasa melintasi kutub, yang dikenal sebagai angin kutub. Badai ini juga dapat mempengaruhi iklim bumi dalam banyak hal.
Medan listrik ambipolar bumi merupakan fenomena yang terjadi di ionosfer, bagian atas atmosfer bumi, dimana terdapat ion dan elektron dalam jumlah besar. Elektron dan ion dapat dipisahkan di ionosfer bumi.
Agar kerapatan positif dan negatif hampir sama, maka terciptalah medan listrik yang disebut medan listrik ambipolar. Secara khusus, ion hidrogen ditemukan terlontar dengan gaya 10,6 kali lebih kuat daripada gaya gravitasi yang menariknya kembali.
Untuk mencapai kutub ambipolar, misi roket Endurance NASA diluncurkan dari pulau Svalbard di Norwegia, hanya beberapa ratus mil dari Kutub Utara. Kemudian, pada Mei 2022, roket tersebut terbang ke ketinggian 480 kilometer dan mengukur perubahan atmosfer.
Roket NASA mengukur perubahan hanya 0,55 volt pada ketinggian 322 mil. Para ilmuwan telah mengamati bahwa radiasi ambipolar yang kuat di sekitar bintang dapat berinteraksi dengan atmosfer planet yang mengorbit.
Dampak tersebut dapat menyebabkan bumi kehilangan atmosfernya, apalagi jika bumi mempunyai medan magnet yang besar atau lemah. Medan listrik ambipolar dapat membantu para astronom menentukan wilayah di sekitar bintang, yaitu wilayah di mana suhu permukaan bumi memungkinkan terbentuknya air cair.
Dengan memahami pengaruh medan listrik ambipolar pada atmosfer bumi, para astronom dapat memperkirakan jarak dari bintang tempat Bumi dapat menampung air. Singkatnya, penemuan medan listrik ambipolar memberikan informasi penting mengenai kondisi sekitar planet, terutama keberadaan dan stabilitas udara.
(Tiffany)