THE NEWS Dukung Transisi Energi Berkelanjutan, Bank BUMN Ini Gencar Salurkan Kredit Hijau
thedesignweb.co.id, Jakarta PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatat hingga Juni 2024, pinjaman hijau telah mencapai 101% dari target 2024 sebesar Rp 71,27 triliun. Hasil positif, pertumbuhan 13% year-on-year di tahun 2023. .
David Pirzada, Direktur Manajemen Risiko BNI, menyoroti komitmen BNI terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), khususnya penerapan transisi hijau.
Transisi hijau adalah suatu keharusan untuk masa depan yang berkelanjutan, kata David dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (25 September 2024).
BNI melaksanakan Climate Risk Stress Test (CRST) pada Juli 2024 untuk menilai dampak risiko perubahan iklim terhadap portofolio investasi bank.
CRST mencakup 50% dari total portofolio kredit BNI dan mencakup tujuh kategori industri, salah satunya adalah industri energi. Proses ini merupakan langkah awal dalam menilai risiko peminjam dari aspek lingkungan.
David juga menjelaskan transisi ini memerlukan dukungan permodalan dan investasi yang signifikan. Untuk itu, BNI meluncurkan Sustainability Linked Loans (SLLs) yang menyasar peminjam dengan tujuan keberlanjutan yang sejalan dengan strategi bisnisnya.
Rencana tersebut memberikan insentif dalam bentuk pengurangan bunga jika peminjam memenuhi tujuan keberlanjutan yang disepakati. Pada Juni 2024, BNI mengalokasikan SLL Rp 5,9 triliun untuk industri seperti unggas, pabrik baja, semen, dan manufaktur pengemasan.
.
.
.
.
Terkait pinjaman hijau ini, BNI menyelenggarakan Event Transformasi ESG dan Keberlanjutan atau BEST BNI dengan tema “Energy Sector Outlook Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI)”.
Dalam acara tersebut dibahas mengenai klasifikasi keuangan berkelanjutan, pola pembangunan daerah dan langkah penerapannya di Indonesia.
Berbagai pihak dari berbagai lembaga, antara lain OJK, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta International Finance Corporation (IFC), memberikan gambaran lebih mendalam mengenai tantangan dan peluang transisi hijau.
Ketika tantangan perubahan iklim semakin meningkat, taksonomi keuangan berkelanjutan menjadi pilar utama untuk memandu investasi menuju rencana berkelanjutan.
“Klasifikasi keuangan sangat penting dalam menentukan arah investasi dan pembiayaan di masa depan,” kata David.
OJK juga mengembangkan Taksonomi Indonesia untuk Keuangan Berkelanjutan (TKBI) dengan mengacu pada Taksonomi ASEAN Versi 2 sebagai pengembangan dari Taksonomi Hijau Indonesia.
.
BNI juga menyambut baik penerapan TKBI yang diharapkan dapat memberikan arah yang jelas dalam klasifikasi pelaku usaha dan mendorong transisi hijau.
“Kami berharap TKBI dapat menjadi motor penggerak bagi pelaku korporasi untuk melakukan transisi menuju ekonomi hijau,” kata David.
Pada kesempatan acara BEST tersebut, BNI mengajak para debitur sektor energi untuk lebih memahami peran taksonomi dalam menjalankan upaya berkelanjutan menuju ekonomi hijau.
BNI menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah, sektor jasa keuangan, dan dunia usaha untuk mengoptimalkan penerapan TKBI guna mencapai target Kontribusi Nasional (NDC) pemerintah.
David menutup: “Melalui inisiatif ini, BNI berharap dapat mewujudkan komitmen bersama untuk menciptakan perekonomian yang lebih berkelanjutan.”