THE NEWS Turki Akhirnya Buka Blokir Instagram, Ini Alasannya
thedesignweb.co.id, Jakarta – Turki membuka blokir Instagram setelah media sosial tersebut setuju untuk mematuhi tuntutan negara terkait sensor dan konten terkait kejahatan.
Menteri Perhubungan Abdulkadir Oralulu mengumumkan kesepakatan pada platform X, demikian laporan Bloomberg, mengutip Engadget, Senin (12/8/2024).
Orluglu menyebutkan kekhawatirannya terhadap konten yang terkait dengan kejahatan termasuk pembunuhan, pelecehan seksual, perdagangan narkoba, dan penyiksaan.
NetBlocks, yang pertama kali melaporkan bahwa Instagram diblokir di Turki awal bulan ini, mengonfirmasi pada Sabtu (10/8/2024) bahwa akses ke jejaring sosial tersebut mulai pulih.
Instagram diblokir lebih dari seminggu, pengguna di Israel tiba-tiba kehilangan akses pada 2 Agustus 2024.
Belum ada penjelasan resmi atas tindakan keras ini, namun hal itu terjadi setelah kepala departemen komunikasi Turki, Fehrtin Elton, menuduh media sosial menyensor pesan-pesan yang menyatakan belasungkawa kepada Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas yang dibunuh oleh Israel baru-baru ini.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (5/8/2024) menuding berbagai platform media sosial melakukan “fasisme digital” karena menyensor gambar “warga Palestina yang mati”.
Komentar pemimpin Turki itu muncul ketika para pejabat Turki berbicara dengan perwakilan platform media sosial Instagram untuk memulihkan akses jutaan pengguna di Turki.
Badan Teknologi Informasi dan Komunikasi Turki melarang akses ke Instagram pada 2 Agustus tanpa memberikan alasan lebih rinci. Pejabat pemerintah mengatakan larangan itu diberlakukan karena Instagram tidak mengikuti aturan Turki. Seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (6/8/2024).
Namun, beberapa laporan media mengatakan langkah tersebut merupakan respons terhadap postingan Instagram yang dihapus oleh seorang pengguna Turki yang mengungkapkan kesedihan atas terbunuhnya pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh.
“Mereka tidak bisa membawa foto-foto pejuang Palestina dan langsung melarangnya,” kata Erdogan pada sebuah acara hak asasi manusia. “Kita berhadapan dengan fasisme digital yang menyamar sebagai kebebasan.”
Berbeda dengan sekutu Baratnya, Turki tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris. Sebagai seorang kritikus keras terhadap operasi militer Israel di Gaza, Erdogan menggambarkan kelompok itu sebagai gerakan pembebasan.
Erdogan melanjutkan dengan mengatakan bahwa situs media sosial diduga mengizinkan segala jenis propaganda oleh kelompok yang dianggap teroris di Turki.
“Kami mencoba menciptakan saluran dialog melalui lembaga terkait. Namun, kami tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut,” kata Erdogan.