Berita

WEB NEWS Aktivis Minta Aparat dan Pemerintah Usut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual di SMA Kota Pekalongan

Liptan6.com, Jakarta – Seorang guru Bimbingan Konseling (BK) Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA) di Kota Pekalongan 3, Jawa Tengah (Jateng) berinisial S melakukan pelecehan seksual terhadap puluhan siswanya selama beberapa tahun dia melakukan ini.

Menanggapi peristiwa dugaan pelecehan seksual tersebut, aktivis pemuda Pekalongan Timothy Ivan Triyono mengecam keras perilaku tak terpuji yang dilakukan guru berinisial S. Dia juga meminta polisi dan pemerintah mengusut tuntas kejadian tersebut.

“Saya mengecam keras perbuatan tercela yang dilakukan Guru S. Kepolisian sebagai aparat kepolisian, pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, dan Pemerintah Kota Pekalongan harus mengusut tuntas kejadian ini,” kata Timotius dalam keterangan tertulisnya, Kamis. (10 Maret 2024).

“Surat teguran (SP-1) menurut saya tidak cukup untuk membuat guru ini jera. Kalau bisa, tersangka pelaku harus dibawa ke pengadilan secepatnya agar siswanya bisa fokus belajar lagi.” , ”lanjutnya.

Menurut Timoteo, peristiwa pelecehan seksual verbal yang terjadi di SMAN 3 Kota Pekalongan merupakan kenyataan pahit dalam dunia pendidikan yang seharusnya menjadi tempat ternyaman dan aman bagi generasi muda Indonesia untuk belajar dan mempersiapkan Ola Indonesia 2045. Itu menjadi. .

“Saya kira kejadian ini menjadi pil pahit bagi kita khususnya dunia pendidikan di Kota Pekalongan. Seharusnya sekolah ini menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk belajar dan mengembangkan diri tahu apakah kejadian serupa terjadi di sekolah lain.”

“Para siswa ini harus diberikan lingkungan dan pendidikan yang baik untuk mempersiapkan mereka menghadapi Indonesia Emas 2045,” lanjut Timoteo.

Pak Timothy menghimbau kepada pemerintah kota Pekalongan dan sekolah-sekolah untuk mulai melakukan perbaikan guna memperbaiki sistem pendidikan dan memberikan pelatihan secara rutin kepada para guru. Saya juga berharap agar kejadian pelecehan seksual tidak terjadi lagi di dunia pendidikan.

“Saya berharap kejadian ini menjadi kebangkitan bagi Pemerintah Kota Pekalongan dan sekolah-sekolah untuk memperbaiki diri, memperbaiki sistem pendidikan dan terus melakukan pelatihan rutin bagi para guru,” ujarnya.

“Kami berharap ini menjadi kejadian pelecehan seksual terakhir di kota yang kita cintai ini,” pungkas Timoteo.

Sebelumnya, dugaan tersebut mencuat setelah beberapa pelajar korban pelecehan seksual verbal mulai angkat bicara mengenai perilaku konselor bimbingan karir yang sudah lama mereka lakukan.

Sayangnya, antara 30 hingga 40 siswi menjadi korban dugaan pelecehan seksual verbal yang dilakukan guru berinisial S.

NS, seorang siswa kelas 12, mengaku diduga menjadi sasaran pelecehan seksual verbal selama kelas, yang melampaui tujuannya dengan menanyakan apakah dia pernah dicium, warna celana dalamnya, dan ukuran bra.

“Teman-teman saya bahkan disuruh buka baju untuk mengetahui tanda apa saja yang ada. Beberapa siswa juga disuruh gurunya untuk tidak melaporkan kejadian tersebut dengan ancaman akan membagikan informasi pribadi guru,” kata NS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *