Regional

Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi Lagi Senin Sore 11 November 2024, Semburkan Abu Tebal 2,5 Km ke Arah Barat

thedesignweb.co.id, Jakarta -Mount Lewotobi Male (11 November 2024) telah kembali dari 15,09 Wita. Laporan tentang pusat melite (PVMBG) bencana vulkanik dan geologis mengatakan bahwa ketinggian pilar diferensiasi gunung adalah 2.500 meter dari normal atau sekitar 4.084 meter di atas permukaan laut.

Letusan Gunung Lewotobi diamati dalam warna abu -abu dengan intensitas kuat di barat daya, barat dan barat laut. Ketika pesan ini dibuat, diferensiasi masih berlangsung.

Komunitas dan wisatawan lokal Lewotobi di sekitar orang -orang di Gunung dilarang melakukan kegiatan dalam jarak 7 km dari pusat Lewobi Male Mount, 9km barat daya.

Dianjurkan agar masyarakat tenang, mengikuti instruksi pemerintah daerah dan tidak mempercayai masalah yang tidak jelas.

Orang -orang di sekitar Gunung Lewotobi juga disarankan untuk mengetahui potensi banjir banjir di sungai di puncak Gunung Lewobobi. Penduduk Ash Ash Lewotobi direkomendasikan untuk memakai penutup masker/hidung untuk mencegah risiko abu vulkanik dalam sistem pernapasan.

Pada tahun 2024, Gunung Lewobi mengatakan 928 telah rusak. Sampai saat ini, pada 11 November 2024, Lewotobi masih waspada (IV) pada 15,50 WIB.

 

Banyak pengungsi, yang merupakan bencana alam di gunung pria Lewobi di Kabupaten Flores Timur, telah berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan di bidang sekolah darurat yang disiapkan oleh Nosa Tenga (NTT).

“Ada dua magang di sekolah ini,” katanya.

Yohanes menjelaskan bahwa kedua peserta magang ini akan digunakan untuk setiap siswa sekolah dasar di siswa kelas satu, kedua dan ketiga (kelas satu) dan sekolah dasar 4, 5, dan 6.

“Ini dilakukan dari hari ini hingga besok,” katanya.

Yohanes mengatakan kegiatan itu akan terus berlanjut sesuai dengan periode darurat yang ditunjuk oleh pemerintah.

Kegiatan ini bekerja sama dengan multicéf dan redup serta disdikpora East Flores, dan juga berpartisipasi dalam sekretaris sosial yang menyediakan tenda khusus ke sekolah -sekolah lapangan.

Siswa bersemangat dan senang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Salah satunya adalah Yosep, seorang siswa sekolah dasar di Klatanlo, seorang pengungsi.

“Kami sedang belajar dengan teman -teman kami di kamp pengungsi,” kata Yosep.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *