THE NEWS Bankir Ini Senang Lihat Kondisi Industri Perbankan Indonesia Saat Ini
thedesignweb.co.id, Jakarta Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengaku senang melihat perkembangan perbankan di Indonesia dibandingkan beberapa dekade lalu. Bank lokal kini bisa berkembang lebih jauh dan bisa dikatakan juga bisa mengubah dominasi bank asing.
“Kalau kita lihat perbankan di Indonesia, kita patut berbangga dengan adanya beberapa krisis global dalam 25 tahun terakhir, dimana bank tersebut kolaps pada tahun 2008. Lalu, semua jenis Covid bisa bertahan,” jelasnya di Yogyakarta, untuk terakhir kali. minggu ini
Ia mengatakan, situasi tersebut terjadi karena perkembangan beberapa hal di industri perbankan nasional, seperti manajemen risiko, dukungan pemerintah, dan permodalan yang kuat.
Dengan kondisi berbeda tersebut, Indonesia juga dinilai dapat menjadi contoh dalam upaya mewujudkan bank yang kuat.
Perbankan Indonesia diyakini dapat mendominasi industri saat ini melalui berbagai inovasi dan perubahan yang dilakukan.
Ia pun tetap optimistis pada tahun ini sektor perbankan akan terus berkinerja baik hingga tahun depan. Namun, tetap perlu berhati-hati.
“Kita memang beruntung, namun kita juga harus berhati-hati agar pertumbuhan yang baik ini tetap berlanjut,” ujarnya.
Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kinerja intermediasi perbankan tumbuh positif, profil risiko tetap terjaga, sementara prospek kinerja perekonomian global semakin memburuk.
“Pada Agustus 2024, pertumbuhan kredit terus tumbuh double digit sebesar 11,40% per tahun menjadi Rp7.507,7 triliun,” kata Direktur Jenderal Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rae.
Berdasarkan jenis penggunaannya, Kredit Investasi tumbuh paling besar yaitu sebesar 13,08 persen, disusul Kredit Konsumer sebesar 10,83 persen, dan Kredit Modal Kerja sebesar 10,75 persen.
Dilihat dari kepemilikan bank, bank-bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit sebesar 13,13 persen per tahun.
Berdasarkan kelompok debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 16,51 persen, sedangkan kredit UKM juga terus tumbuh meski lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar 4,42 persen.
Di sisi lain, Dana Bank Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 7,01% y/y (Juli 2024: 7,72% y/y) menjadi Rp8,650 miliar, sedangkan giro, tabungan, dan deposito tumbuh sebesar 10,06%, 6,14%. , dan 5,37 persen per tahun.
Arief Harris mengatakan Banc Jago agak kaget melihat apa yang terjadi tahun ini. Capaian kinerja yang semula ditargetkan tumbuh 30 persen pada 9 bulan pertama tahun 2024, kemungkinan terlampaui karena “Saya rasa sudah tumbuh 30 persen, tapi sepertinya masih bisa ditingkatkan,” jelasnya.
Ia mengatakan, pencapaian ini berkat upaya Bank Jago menjalin kemitraan seperti GoTo dan Bibit (Stockbit). Kolaborasi dipandang sebagai cara yang tepat untuk membantu ekosistem.
Kolaborasi dengan ekosistem menjadi kunci pertumbuhan Jago Bank. Dalam kurun waktu 3,5 tahun dan 5 cabang, Bank Jago sudah memiliki 13 juta nasabah pada semester pertama tahun 2024. “Kalau dipikir-pikir, orang mengira Jago sudah ada sejak lama, tapi kalau ditengok ke belakang, tidak ada apa-apa, padahal kita sudah tiga setengah tahun,” ujarnya.
Arief mengatakan, pertumbuhan tersebut tidak akan tercapai dengan cepat jika dilakukan sendirian. Tercatat 50 persen dari 13 juta pelanggan tersebut berasal dari kemitraan, terutama dengan GoTo dan Bibit.
“Jadi signifikan, saya kira kalau kita tidak punya model kemitraan dengan ekosistem, mustahil Bank Jago bisa memiliki nasabah lebih dari 10 juta saat ini,” ujarnya.