Global

DESIGN WEB Ekuinoks 22 September, Siap-Siap Musim Aurora

thedesignweb.co.id, Jakarta – September merupakan salah satu waktu terbaik untuk melihat aurora di langit malam. Pasalnya, perubahan kemiringan bumi menyebabkan aktivitas geomagnetik yang lebih kuat di sekitar ekuinoks.

Ekuinoks adalah saat matahari terbit tepat di timur dan terbenam di barat. Dikutip dari Live Science, Jumat (13/9/2024), ekuinoks terjadi dua kali dalam setahun, pertama pada bulan Maret saat Utara mulai condong ke arah Matahari.

Kedua, ekuinoks terjadi pada bulan September saat Kutub Selatan mulai condong ke arah matahari. Peristiwa ekuinoks tahun 2024 akan terjadi pada tanggal 22 September.

Dalam situasi ini, badai geomagnetik juga akan terjadi lebih kuat dari sebelumnya, dan aurora mungkin berumur pendek.

Kemunculan aurora yang lebih terang pada ekuinoks disebut efek Russel-McPherro. Teori ini menjelaskan mengapa musim ekuinoks seringkali menjadi tampilan aurora yang paling indah.

Menurut sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 1973, aurora terjadi pada bulan Maret dan September. Fenomena ini terjadi akibat pendeknya periode medan magnet bumi dan angin matahari.

Angin matahari adalah aliran partikel bermuatan dari matahari yang muncul secara tiba-tiba setelah jilatan api matahari dan lontaran massa korona (CME). Anda harus tahu bahwa CME adalah semburan radiasi dan material yang sangat kuat.

Aktivitas magnet matahari memiliki siklus 11 tahun. Perubahan ini akan terjadi pada bulan September 2024.

Namun, ada beberapa ahli yang menentang gagasan tersebut. Aurora terjadi ketika partikel atmosfer matahari memasuki medan magnet bumi dan bertabrakan dengan atom oksigen dan nitrogen di atmosfer.

Molekul-molekul ini dirangsang untuk memancarkan cahaya terang. Meski medan magnet bumi dan angin matahari biasanya tidak sejajar, berkat efek Russell-McFerron, kutub magnet bumi lebih stabil saat ekuinoks sehingga lebih fleksibel dalam muatan partikel.

Ketika medan magnet bumi mengarah ke selatan, angin matahari menghilangkan medan magnet yang mengarah ke utara. Hal ini membuka celah di magnetosfer bumi, memungkinkan angin matahari mengalir lebih mudah di sepanjang garis medan magnet.

Selama ekuinoks bulan September, 12 jam kegelapan diikuti 12 jam siang hari. Selain itu, peluang melihat aurora di langit juga lebih besar.

 

Sekelompok astronom dari Departemen Ilmu Bumi di Universitas Hong Kong mengemukakan bahwa angin matahari mempengaruhi pembentukan aurora di berbagai planet, termasuk exoplanet. Teori ini akan membantu memantau, memprediksi, dan mempelajari lingkungan magnetik tata surya kita, termasuk alam semesta di sekitarnya.

Dikutip dari laman luar angkasa, Jumat (13/9/2024), kesimpulan aktivitas Matahari bisa kita pelajari dari pembentukan aurora yang terjadi di Bumi dan planet ekstrasurya. Aktivitas matahari ini berhubungan dengan angin matahari yang dihasilkan.

Selain itu, karakteristik angin matahari juga mempengaruhi badai geomagnetik yang timbul akibat interaksi lapisan atmosfer planet. Badai matahari atau geomagnetik dapat menyebabkan satelit keluar dari posisinya.

Hal ini akan mengganggu sistem komunikasi dan memutus kabel bawah laut yang menghubungkan jaringan internet.

(Tiffany)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *