Pariwisata Bisa Sejalan dengan Konservasi Hiu Paus, Sudah Ada Peraturan Tinggal Implementasi
thedesignweb.co.id, Jakarta – Pariwisata menjadi keuntungan warga lokal yang mengembangkan daerahnya dengan jumlah wisatawan yang banyak. Namun pelaksanaannya harus dibarengi dengan upaya konservasi, salah satunya dengan melindungi hiu paus, salah satu spesies hiu berkekuatan besar yang terdapat di beberapa pelabuhan di Indonesia.
Focus Species Conservation mengatakan: “Ya, kami melakukan upaya konservasi, namun yang lebih penting, kami ingin masyarakat dan pemerintah terlibat dan menjadikannya sebagai prioritas. Manfaat langsungnya harus dirasakan, salah satunya adalah pariwisata.
Iqbal melanjutkan, hal tersebut akan menjadi contoh yang sangat baik bagi pariwisata untuk berjalan beriringan dengan upaya penyelamatan hiu paus. Penerapannya harus menyeimbangkan konservasi dan konsumsi, salah satunya adalah perhitungan kuota izin kunjungan wisatawan dan wisata perahu.
Iqbal mencontohkan: “Kalau kita lihat data kapasitas dan kapasitas, misalnya, kerja sama hiu paus memungkinkan hingga delapan orang berinteraksi dalam satu jam.”
Wisatawan tidak diperbolehkan terlalu dekat atau menyentuh hiu paus agar tidak mengganggu mereka. Peraturan berbasis ilmu pengetahuan dan penelitian ini akan menjadi tulang punggung perlindungan hiu paus di industri pariwisata.
“Tidak berbahaya bagi wisatawan karena jika terlalu dekat dan terlalu ramai, banyak hal tidak menyenangkan yang bisa terjadi. Entah hiu paus sedang marah, ada ombak, dan lain-lain, sangat sulit untuk diselamatkan.” .
Kekuatan dan daya dukung masing-masing kawasan wisata akan berbeda-beda, tergantung karakteristik kawasan tersebut. Namun, Iqbal mencontohkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan pedoman teknis hiu paus yang berisi bahan referensi termasuk pedoman kerjasama dan cara menghitung daya dukung dan daya tampung wisata.
“Di Teluk Saleh bahkan Juknisnya (perintah teknisnya) direduksi menjadi Pergub, dan setahu saya di daerah lain seperti di Derawan itu Ordonansi Direktur Pelayanan atau Ordonansi Pengelola Kawasan Lindung,” jelasnya. .
Dapat dikatakan bahwa setiap daerah mempunyai tingkat kebijakan atau peraturan yang berbeda-beda. “Yang paling penting adalah peraturan ini sudah ada, tembok kuota sudah ada, bagaimana penerapannya di lapangan, dan yang paling penting dari sudut pandang penegakan hukum dan pengawasan maritim.”
Hari Hiu Paus Internasional atau International Whale Shark Day diperingati setiap tahun pada tanggal 30 Agustus. Peringatan ini pertama kali diadakan pada tahun 2008 pada Kongres Hiu Paus Internasional di Pulau Holbox. Konferensi yang mendahului Hari Hiu Paus Internasional ini juga dihadiri oleh 40 pakar, aktivis, dan ilmuwan kelautan.
Mereka sama-sama prihatin terhadap menurunnya populasi hiu paus. Hiu paus telah ada selama lebih dari 24-260 juta tahun. Spesies hiu paus pertama kali ditemukan di lepas pantai Afrika Selatan pada tahun 1820-an. Dr. Andrew Smith dengan tepat menggambarkan ikan ini sebagai hiu terbesar di dunia.
.
Prilly Latuconsina baru-baru ini dinobatkan sebagai “Sahabat Hiu Paus” oleh lembaga konservasi Indonesia pada Jumat, 30 Agustus 2024.
Meizani Irmadhiany, Wakil Presiden Senior dan Ketua Eksekutif Konservasi Indonesia, mengatakan penunjukan Prilly sebagai sahabat hiu paus bertujuan untuk memperluas kerja sama antar komunitas untuk menjaga keseimbangan lingkungan laut.
Ia mengatakan kesadaran dan partisipasi masyarakat penting untuk bekerja sama melindungi dan melestarikan lingkungan, alam, dan keanekaragaman hayati. Mulai dari kelompok spesies, biota, hingga habitat. Dampak besar yang dapat dicapai melalui upaya perlindungan lingkungan hidup kemudian dirasakan langsung oleh masyarakat.
“Kami memilih Prilly sebagai sahabat hiu paus karena kepedulian dan kecintaannya terhadap alam. Dengan keterlibatan Prilly, kami berharap kesadaran akan perlunya perlindungan spesies hiu paus ini semakin meluas dan mereka mendapat dukungan kuat dari masyarakat,” kata Meizani. konferensi pers diadakan.
Mezzani melanjutkan, selain ditetapkan sebagai sahabat hiu paus, lembaga konservasi Indonesia juga memberikan Pulili tag satelit yang akan ditempelkan langsung ke salah satu hiu paus di Teluk Saleh dalam waktu dekat. Selain itu, Prilly dan KI juga akan menyelenggarakan beberapa kegiatan seperti edukasi tentang hiu paus, promosi pariwisata berkelanjutan, dan aksi konservasi lainnya.
Lebih lanjut, Meizani mengatakan, KI memilih Prilly sebagai pendamping hiu paus karena kemiripan kepribadiannya yang mencolok dengan tokoh pendiri Generasi Bumi. Pulili penyayang, ramah, bersahabat dan selalu menjadi pusat perhatian kemanapun dia pergi, semua ciri-ciri hiu paus,” kata Mezzani.
Dalam forum yang sama, komunitas yang disibukkan dengan pekerjaannya sebagai CEO Festival Film Indonesia ini mengaku senang dan bangga dipercaya dalam upaya penyelamatan hiu paus. “Tentu menjadi suatu kebanggaan bagi saya karena dipercaya oleh Lembaga Konservasi Indonesia sebagai sahabat hiu paus. Saya sudah pernah melihat hiu paus di Gorontalo,” kata Prilli.
Dengan menjadi sahabat hiu paus, Prilli berharap dapat berkolaborasi dengan peneliti dari organisasi konservasi Indonesia untuk memahami dan lebih memahami spesies tersebut. Tak hanya itu, Pulley berharap dapat memberikan kontribusi besar bagi masyarakat pesisir, khususnya yang tinggal di sekitar kawasan penangkapan ikan paus.