Kesehatan

Muncul Wetland Virus alias WELV di China, Kenapa Makin Sering Mendengar Ada Virus atau Wabah Baru?

thedesignweb.co.id, Masyarakat Jakarta sudah berkali-kali mendengar tentang wabah baru atau virus baru. Salah satu yang terbaru adalah Wetland Virus alias WELV yang ditemukan di China.

Virus ini ditemukan pada seorang pria berusia 61 tahun di Tiongkok. Ia tertular virus tersebut setelah digigit duri di taman. Penelitian menunjukkan bahwa infeksi WELV dapat berdampak buruk pada otak.

Timbul pertanyaan, mengapa orang-orang di seluruh dunia akhir-akhir ini lebih banyak mendengar tentang epidemi atau virus?

Menanggapi hal tersebut, ahli epidemiologi Dickie Budiman menjelaskan beberapa alasannya.

“Mengapa kita begitu banyak mendengar tentang merebaknya penyakit baru? Ada beberapa penyebab munculnya penyakit baru dan epidemi,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Health thedesignweb.co.id seperti dikutip Rabu (9/11/2021). 2024).

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap situasi ini adalah: perubahan ekologi dan lingkungan

Deforestasi, urbanisasi, dan perubahan iklim berdampak pada satwa liar, memaksa hewan pembawa virus zoonosis untuk lebih banyak berinteraksi dengan manusia.

Hewan ternak dan reservoir seperti hewan pengerat dan sapi sering bersentuhan dengan populasi manusia sehingga meningkatkan kemungkinan penularan virus. globalisasi

Meningkatnya pergerakan manusia dan hewan ternak membuat penyakit menyebar lebih cepat dan sulit dikendalikan. Orang atau hewan yang terinfeksi dan memakai tato dapat menyebarkan virus ke area yang sebelumnya tidak ada penyakit.

Alasan kedua adalah penurunan keanekaragaman hayati dapat menyebabkan dominasi spesies tertentu, termasuk hewan inang, pada ekosistem tertentu. Hal ini menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi penyebaran penyakit. Perubahan iklim

Pemanasan global mempengaruhi penyebaran vektor penyakit seperti nyamuk dan kutu, sehingga memungkinkan mereka menghuni wilayah yang sebelumnya tidak cocok untuk mereka. Mengembangkan teknik pengawasan

Di sisi lain, teknologi dan pemantauan virus kini semakin membaik. Dengan teknik diagnostik modern seperti pengurutan genetik, para ilmuwan dapat mendeteksi virus baru, meskipun virus tersebut sudah ada sejak lama.

“Secara keseluruhan, WELV merupakan ancaman yang perlu diwaspadai, terutama bagi negara-negara dengan populasi besar. Dickey mengatakan upaya pencegahan dan deteksi dini harus diperkuat untuk mencegah penyebaran virus ke luar Tiongkok.

Menurut Diki, WELV kini sudah tersedia di beberapa wilayah di China. Untuk menjadi epidemi atau pandemi, suatu virus harus mempunyai kemampuan untuk menyebar lebih luas melalui vektor yang sama di beberapa negara.

“Jika kutu yang membawa vektor WELV terdeteksi di wilayah lain di luar Tiongkok, termasuk Indonesia, maka risiko terjadinya wabah akan meningkat. Namun, WELV kini berpotensi menimbulkan wabah lokal di wilayah yang endemis vektor tersebut,” jelasnya. Lemah.

Sebagai negara dengan ekosistem yang beragam dan populasi kutu yang tersebar di berbagai wilayah, Indonesia rentan terhadap penyebaran virus yang ditularkan melalui kutu seperti WELV.

Dickey mengatakan Indonesia tetap perlu mewaspadai WELV karena pergerakan hewan dan manusia dari negara lain dapat membawa virus tersebut.

“Meski belum ada laporan kasus WELV di Indonesia, namun kita harus waspada karena pergerakan hewan atau manusia yang tertular dari negara lain dapat membawa vektor atau virus tersebut.”

“Jika WELV menyebar luas di Indonesia, potensi epidemi bergantung pada kemampuan kita mengendalikan populasi kontak, memantau infeksi, dan membendung penyakit tersebut. Namun, karena WELV memiliki gejala yang mirip dengan infeksi virus lainnya, termasuk demam dan gejala tidak spesifik, maka WELV juga memiliki gejala yang mirip dengan infeksi virus lainnya. tantangan terbesarnya adalah diagnosis dini dan respon cepat,” jelas Dickey.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *