Lifestyle

Bisakah Indonesia Mengklaim Jadi Kiblat Modest Fashion Dunia?

thedesignweb.co.id, Jakarta – Jelang Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) tahun lalu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkap rencana untuk mendeklarasikan Indonesia sebagai kiblat mode paling moderat di dunia pada tahun 2024. Setahun telah berlalu, apakah “gelar” ini benar-benar bisa dilakukan? diklaim?

Saat acara pembukaan JMFW 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu 9 Oktober 2024, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan pihaknya “berharap”, bukan “sudah”. . menjadikan Indonesia kiblat dunia mode moderat. Harapan serupa diungkapkannya saat konferensi pers JMFW 2025 pada Juli 2024, saluran Bisnis thedesignweb.co.id melaporkan.

Sementara itu, Ketua Nasional Kamar Mode Indonesia (IFC) Lenny Agustin menilai Indonesia memang menjadi kiblat mode paling trendi di dunia. “Acara fesyen sederhana terbesar ada di Indonesia, belum ada negara lain yang menyelenggarakan acara berskala besar (JMFW),” ujarnya di sela-sela hari pertama JMFW, Rabu.

Lenny melanjutkan, selain JMFW, pihaknya meluncurkan IN2MF dan MUFFEST untuk membuktikan predikat Indonesia sebagai kiblat fesyen global yang sederhana. Meski demikian, ia menyarankan agar pemerintah Indonesia terus melakukan upaya khusus untuk membawa industri fesyen lokal yang sederhana ke pasar global.

“Sekarang sudah dimulai (meningkatkan pengaruh industri fashion sederhana di Indonesia) dengan mengundang banyak pembeli dari negara lain, tapi tidak terjadi dengan cepat (dampaknya),” ujarnya. “Tetapi dalam hal penyelenggaraan (acara fesyen sederhana), Indonesia sudah bisa membanggakan diri sebagai kiblat fesyen sederhana secara global.”

Penilaian terhadap sektor fashion sederhana Indonesia dalam laporan Sharia Global Economy (SGIE) 2023/24 sebenarnya cukup menggembirakan. Kategori fesyen berada di peringkat ke-3 di belakang Turki (1) dan Malaysia (2), sementara Singapura dan Italia berada di posisi lima besar, masing-masing berada di peringkat ke-4 dan ke-5.

Laporan SGIE disiapkan tahun lalu oleh DinarStandard, sebuah perusahaan riset dan konsultan yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Lenny bercermin pada peringkat tersebut yang menunjukkan bahwa Indonesia belum menduduki posisi teratas, meski ia optimistis bisa menjadi kiblat fesyen dunia. Lenny mengatakan “tidak perlu khawatir tentang hal itu”.

Katanya: “Sebenarnya tidak adil karena dihitung berdasarkan penjualan internasional. Kebanyakan brand-brand fesyen sederhana kita besar di pasar dalam negeri karena pasar dalam negeri (potensinya) sangat besar. Merek luar pun mau jualan di sini, jadi bisa dibayangkan besarnya (pasar Indonesia).

Meski demikian, menurut Lenny, bukan berarti pasar luar negeri akan ditinggalkan begitu saja. “Pelaku industri fesyen sederhana di Indonesia perlu serius menarik pembeli internasional,” ujarnya. “Anda bisa memproduksi secara massal, namun Anda tetap memiliki kualitas dan standar. Semua aturan perdagangan internasional harus dihormati.”

“Dari segi pembelian, penjualan B2B belum sebesar yang kita inginkan. Jika seluruh dunia membeli pakaian muslim di Indonesia, ini bisa menjadi momen penting bagi kami untuk mendeklarasikan diri sebagai pusat mode.” 

Menurut Lanny, desainer Indonesia perlu belajar mengenai pasar internasional, termasuk memenuhi selera masing-masing negara tujuan ekspor. Apakah proses produksi fesyen nasional siap menjadi sepenuhnya lokal?

Diakui Lenny, ketersediaan kabel di dalam negeri masih menjadi permasalahan yang belum menemukan solusi komprehensif. “Tapi sudah dimulai di pabrik tekstil,” ujarnya.

Ketika ditanya mengenai negara sasaran produk fesyen sederhana, ia mengatakan Indonesia harus fokus pada “negara-negara yang membutuhkannya.” “Anda bisa ke Türkiye karena sekarang banyak hijab yang datang dari Türkiye ke Indonesia,” ujarnya. “Kemudian Anda bisa pergi ke Eropa dan Afrika, yang selera fesyennya mirip dengan kita. Mereka menyukai hal-hal tradisional dan penuh warna.”

Mengenai pakaian, Lanny mengatakan sebagian besar pembeli di luar negeri mencari jaket dan pakaian luar serupa. Kalau akhir tahun berarti boleh bawa baju spring/summer, tapi kalau awal tahun koleksinya fall/winter,” ujarnya. . .

JMFW 2025 yang bertujuan untuk mendorong Indonesia menjadi kiblat mode paling trendi di dunia akan digelar hingga Sabtu, 12 Oktober 2024. Setidaknya ada 200 brand fesyen yang mengikuti pekan mode yang diselenggarakan bekerja sama dengan Trade Expo Indonesia 2024.

Total ada seribu koleksi yang dihadirkan beberapa lini fashion lokal. Diantaranya: Arabelle, Ayu Dyah Andari, Calla The Label, Chante, Deden Siswanto, Dian Risti, Heaven Lights, Irna Mutiara, Jenna & Kaia, Klamby, LF x Batik Trusmi, Lozy Hijab dan Zeta Prive.

JMFW tahun ini mengusung tema “Mark-ink” yang mencerminkan keberhasilan JMFW dalam menembus pasar global dan diharapkan terus menarik minat konsumen di berbagai negara. Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sudah menggelar seminar dan kurasi di empat kota yakni Pekanbaru, Makassar, Solo, dan Bogor.

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menyeleksi pelaku kecil di bidang fesyen melalui pendampingan yang difasilitasi pasca KTT JMFW 2025. Di bidang pengembangan sumber daya manusia, Kementerian Perdagangan bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Penelitian. dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa Departemen Profesi Satuan Pendidikan (SPV) untuk menampilkan karya terbaiknya di JMFW 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *