Psikolog Ingatkan Pentingnya Imajinasi Anak, Berdampak pada Kemampuan Berpikir
LIPUTAN6.com, Jakarta – Orang tua dan guru harus selalu memberikan imajinasi mereka kepada anak -anak sehingga kemampuan untuk merefleksikan tingkat tinggi (high -speech) terlatih dengan baik. Seorang psikolog dari University of Gadjah Mada (UGM) menerjemahkan Poespita Candra.
Yang baru mengingat bahwa informasi buatan (informasi buatan/AI), lahir di zaman Revolusi Industri 5.0, dapat menggantikan orang dalam kursus tertentu. Untuk mengatasi tantangan -tantangan ini, sifat manusia, yang memiliki imajinasi, perlu dilestarikan.
“Imajinasi diciptakan di ruang kreatif. Seorang anak dapat membayangkan sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan.
Namun, imajinasi anak kemungkinan akan mengumpulkan standar tertentu dalam sistem pendidikan. Banyak orang menerima bahwa kegiatan belajar terlibat dalam pekerjaan sekolah dan melakukan banyak kebutuhan lain.
Orang tua sering mengenali standar tertentu untuk anak -anak, misalnya, berharap harapan anak -anak bahwa pekerjaan ideal di masa depan adalah dokter atau pekerjaan yang dianggap terkenal. Memang, anak -anak mungkin memiliki imajinasi lain tentang masa depan mereka, yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya.
Selain imajinasi, orang tua dan orang dewasa di lingkungan sekitarnya mengingatkan diri sendiri bahwa mereka tidak membunuh rasa ingin tahu pada anak -anak. Karena itu, anak -anak akan mengambil budaya atau kebiasaan untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan.
Ketika ditanya, dia menjelaskan yang baru, itu adalah mesin utama yang terus dipelajari orang ketika mereka masih penasaran.
Menurut sebuah penelitian baru, banyak penelitian menemukan bahwa sistem pendidikan di Indonesia dapat membunuh rasa ingin tahu anak -anak serta membunuh imajinasi anak -anak.
Baru mengatakan bahwa itu hanya imajinasi dan keingintahuan bahwa keragaman juga sifat manusia, yang juga harus disimpan. Diingat, pada dasarnya orang akan memberikan potensi terbaik mereka jika tidak ada persatuan.
Belajar dari negara -negara maju mengatakan bahwa sistem pendidikan baru di negara lain membuka lebih banyak ruang dialog, sehingga guru dapat mengidentifikasi setiap anak dengan cara yang berbeda.
Melalui dialog, kesadaran terbaik dan potensi pada anak -anak akan muncul.
“Tingginya informasi orang tersebut, seperti pemikiran kreatif, pemikiran kritis dan pemikiran analitis akan terjadi, jika sifat manusia berkembang. Ketika melalui sifat manusia tidak pernah berkembang, tidak mengharapkan sistem dilatih dengan baik sebelumnya,” kata Nova.